Kamis, 17 Juli 2014

makalah diklat keperawatan smk



KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan anugerah kepada penyusun untuk dapat menyusun makalah yang berjudul “Keperawatan Sebagai Profesi”.
Makalah ini disusun berdasarkan hasil data-data dari media elektronik berupa Internet dan media cetak. Ucapan terima kasih kepada rekan-rekan kelompok delapan yang telah memberikan partisipasinya dalam penyusunan makalah ini.
Penyusun berharap makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua dalam menambah pengetahuan atau wawasan mengenai keperawatan. Penyusun sadar makalah ini belumlah sempurna maka dari itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar makalah ini menjadi sempurna.

DAFTAR ISI

Kata Pengantar …………………………………………………………………… .. …     i

Daftar Isi ………………………………………………………………………………….    ii

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………   1

Ø  Latar Belakang ……………………………………………………………… 1

    BAB II PEMBAHASAN                                                                                    

Ø  Memasang NGT dan member makan melalui NGT…………………… ......... 4

Ø  Pemeriksaan tanda tanda vital………………………………………………….. 6

Ø  Verbedent………………………………………………………………….. … .. .. 8

Ø  Mengatur posisi pasien…………………………………………………………..  12

Ø  Injeksi ………………………………………………………………………………17

Ø  Pemasangan infus..……………………………………………………………….18

Ø  Perawatan payudara………………………………………………………………20

Ø  Perawatan luka dan pembidaian…………………………………………………24

Ø  Resusitasi BBL…………………………………………………………………… 28

Ø  Kompres dan pemberian obat…………………………………………………..  30

Ø  Kateterisasi……………………………………………………………………….. 32

Ø  Penanganan shock……………………………………………………………….  33

Ø  Resusitasi jantung………………………………………………………………..   36

BAB III Penutup

Ø  Kesimpulan…………………………………………………………………………37

Ø  Saran ……………………………………………………………………………… 37



BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang :
Keperawatan merupakan profesi yang membantu dan memberikan pelayanan yang berkontribusi pada kesehatan dan kesejahteraan individu. Keperawatan juga diartikan sebagai konsekuensi penting bagi individu yang menerima pelayanan, profesi ini memenuhi kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi oleh seseorang, keluarga atau kelompok di komunitas. (Committee on Education American Nurses Association (ANA), 1965).
WHO Expert Committee on Nursing dalam Aditama (2000) mengatakan bahwa, pelayanan keperawatan adalah gabungan dari ilmu kesehatan dan seni melayani/memberi asuhan (care), suatu gabungan humanistik dari ilmu pengetahuan, filosofi keperawatan, kegiatan klinik, komunikasi dan ilmu sosial.
Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan biopsikososial dan spiritual yang komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh aspek kehidupan manusia. (Lokakarya Nasional, 1983).
Profesi berasal dari kata profession yang berarti suatu pekerjaan yang membutuhkan dukungan body of knowledge sebagai dasar bagi perkembangan teori yang sistematis meghadapi banyak tantangan baru, dan karena itu membutuhkan pendidikan dan pelatihan yang cukup lama, memiliki kode etik orientasi utamanya adalah melayani (alturism).
Profesi adalah suatu pekerjaan yang ditujukan untuk kepentingan masyarakat dan bukan untuk kepentingan golongan atau kelompok tertentu. Profesi sangat mementingkan kesejahteraan orang lain, dalam konteks bahasan ini konsumen sebagai penerima jasa pelayanan keperawatan profesional. Menurut Webster, profesi adalah pekerjaan yang memerlukan pendidikan yang lama dan menyangkut keterampilan intelektual.
Kelly dan Joel (1995) menjelaskan, “Profesional sebagai suatu karakter, spirit atau metode profesional yang mencakup pendidikan dan kegiatan di berbagai kelompok okupasi yang anggotanya berkeinginan menjadi profesional”. Profesional merupakan suatu proses yang dinamis untuk memenuhi atau mengubah karakteristik kearah suatu profesi.
Sejak abad yang lalu keperawatan telah megalami perubahan yang drastis, selain itu juga telah mengikuti perundang-undangan dan mendapatkan penghargaan sebagai profesi penuh. Hugnes E.C (1963) mengatakan bahwa, “Profesi adalah seorang ahli, mereka mengetahui lebih baik tentang sesuatu hal dari orang lain, serta mengetahui lebih baik daripada kliennya tentang apa yang terjadi pada klien”. Dalam konsep profesi ada tiga nilai penting yang perlu dipahami yakni:
1.    Pengetahuan yang mendalam dan sistimatik.
2.    Keterampilan teknis dan kiat yang diperoleh melalui latihan yang lama.
3.    Pelayanan asuhan kepada yang memerlukan berdasarkan ilmu pengetahuan, keterampilan teknis dan pedoman serta falsafah moral yang diyakini (etika profesi).
Menurut Hood L.J dan Leddy S.K (2006), “Perawat profesional akan menggunakan pendekatan holistik dalam menemukan kebutuhan kesehatan bagi klien yang dirawatnya, hal ini sesuai dengan pernyataan kebijakan yang disampaikan oleh American Nurses Association (1995), ada empat ciri praktik profesional yang harus dilakukan oleh perawat, yaitu:
1.    Perawat menggunakan fokus orientasi pada masalah dengan memperhatikan rangkaian seluruh respon manusia terhadap kesehatan dan penyakitnya.
2.    Perawat terintegrasi dalam tenaga kesehatan yang menggunakan pengetahuannya untuk membantu mencapai tujuan pasien dengan mengumpulkan data subjektif maupun objektif pasien dan memahaminya baik secara individual atau secara berkelompok.
3.    Perawat mengaplikasikan ilmu pengetahuannya untuk menentukan diagnosa dan melakukan treatment respon manusia.
4.    Perawat melakukan asuhan keperawatan dengan melakukan hubungan terapeutik dengan pasien untuk memfasilitasi kesehatan dan penyembuhan.











BAB II
PEMBAHASAN

Memasang NGT dan Memberi Makan Melalui NGT

   
Pemasangan NGT

       Definisi
Melakukan pemasangan selang (tube) dari rongga hidung ke lambung (gaster)
      Tujuan
1)      Memasukan makanan cair/obat-abatan cair/padat yang dicairkan
2)      Mengeluarkan cairan yang ada di dalam lambung dan gas yang ada di dalam lambung
3)      Mengirigasi karena perdarahan ata keracunan di dalam lambung
4)      Mencegah/mengurangi nausea dan vomiting setelah pembedahan atau trauma
5)      Mengambil specimen dalam lambung untuk studi laboratorium







KOMPLIKASI

Komplikasi-komplikasi dapat terjadi akibat trauma mekanik selama proses

pemasangan awal NGT maupun penempatan NGT yang tidak tepat antara lain:

a) Distres nafas pada pemasangan awal NGT terjadi akibat penempatan posisi

pasien serta teknik pemasangan NGT yang tidak tepat. Ini dapat dicegah

dengan memposisikan pasien pada posisi fowler atau sniffing serta melakukan

setiap tahapan prosedur pemasangan NGT dengan berurutan, serta yang paling

penting adalah konfirmasi letak pipa. Penangan awal bila muncul tanda-tanda

distres nafas adalah dengan segera menarik keluar NGT.6

b) Malposisi NGT

Jangan melakukan pemasangan NGT misalnya malposisi NGT misalnya pada

pasien trauma maksilofasial yang dicurigai mengalami fraktur pada cribiformis

plate.2,6

c) Pasien merasa tidak nyaman dapat diatasi dengan pemberian nasal dekongestan

dan anastesi topikal dengan menggunakan lidokain 4 persen ke dalam mukosa

hidung serta sprai lidokain 4 persen atau benzocaine langsung ke posterior

orofaring. Alternatif lain dengan menggunakan nebulizer yang mengandung

lidocain 4 persen, sehingga baik mukosa hidung dan mulut teranastesi baik.2,6

d) Epistaksis masif dapat menyebabkan gangguan pada jalan nafas, sehingga

memerlukan pemasangan tampon. Risiko komplikasi ini dapat dikurangi

dengan melakukan teknik pemasangan NGT yang tepat yaitu dengan
menelusuri dasar hidung menuju ke arah telinga saat mendorong masuk NGT.



PEMERIKSAAN TANDA- TANDA VITAL

       Pengertian :
Pemeriksaan tanda vital merupakan suatu cara untuk mendeteksi adanya perubahan sistem tubuh. Tanda vital meliputi: Suhu tubuh, Denyut Nadi, Frekuensi Pernapasan, dan Tekanan Darah.

Tujuan :
  1. Pengukuran suhu tubuh dilakukan untuk mengetahui rentang suhu tubuh.
  2. Mengetahui denyut nadi (Irama, Frekuensi, dan Kekuatan)
  3. Menilai kemampuan kardiovaskuler
  4. Mengetahui frekuensi, irama dan kedalaman pernapasan
  5. Menilai kemampuan fungsi pernapasan
  6. Mengetahui nilai tekanan darah.

1.    Tekanan darah

             Pengertian

Tekanan darah adalah kekuatan yang mendorong darah terhadap dinding arteri,  Tekanan ditentukan oleh kekuatan dan jumlah darah yang dipompa, dan ukuran serta fleksibilitas dari arteri,  diukur dengan alat pengukur tekanan darah dan stetoskop. Tekanan darah terus-menerus berubah tergantung pada aktivitas, suhu, makanan, keadaan emosi, sikap, keadaan fisik, dan obat-obatan.

Dua angka dicatat ketika mengukur tekanan darah. Angka  yang lebih tinggi, adalah tekanan sistolik, mengacu pada tekanan di dalam arteri ketika jantung berkontraksi dan memompa darah ke seluruh tubuh. Angka yang lebih rendah, adalah  tekanan diastolik, mengacu pada tekanan di dalam arteri ketika jantung beristirahat dan pengisian darah. Baik tekanan sistolik dan diastolik dicatat sebagai “mm Hg” (milimeter air raksa). Perbedaan antara tekanan sistolik dan diastolik disebut tekanan denyut. Di Indonesia, tekanan darah biasanya diukur dengan tensimeter air raksa.




resiko
Menilai pola hidup serta identifikasi factor-faktor resiko kardiovaskuler lainnya.Jika hasil pengukuran darah berada di atas normal, maka klien tersebut mempunyai tekanan darah yang tinggi atau hipertensi. Hipertensi dapat mengakibatkan kerusakan berbagai organ target seperti otak, jantung, ginjal, aorta, pembuluh darah perifir dan retina.


2.    Nadi

     Pengertian

Nadi adalah denyut nadi yang teraba pada dinding pembuluh darah arteri yang berdasarkan systol dan gystole dari jantung.
Denyut nadi adalah jumlah denyut jantung, atau berapa kali jantung berdetak per menit. Mengkaji denyut nadi tidak hanya mengukur frekuensi denyut jantung, tetapi juga mengkaji irama jantung dan kekuatan denyut jantung.

Denyut merupakan pemeriksaan pada pembuluh nadi atau arteri. Ukuran kecepatannya diukur pada beberapa titik denyut misalnya denyut arteri radialis pada pergelangan tangan, arteri brachialis pada lengan atas, arteri karotis pada leher, arteri poplitea pada belakang lutut, arteri dorsalis pedis atau arteri tibialis posterior pada kaki. Pemeriksaan denyut dapat dilakukan dengan bantuan stetoskop.

3.    Suhu

     Pengertian  
      
Denyut nadi merupakan denyutan atau dorongan yang dirasakan dari proses pemompaan jantung. Pemeriksaan nadi seharusnya dilakukan dalam keadaan tidur atau istirahat. Kondisi hipertermia dapat meningkatkan denyut nadi sebanyak 15 – 20 kali per menit setiap peningkatan suhu 1 derajat celcius.

Pemeriksaan suhu digunakan untuk menilai kondisi metabolisme di dalam tubuh, dimana tubuh menghasilkan panas secara kimiawi melalui metabolisme darah. Keseimbangan suhu harus diatur dalam pembuangan dan penyimpanannya di dalam tubuh yang diatur oleh hipotalamus.




4.    Pernapasan

     Pengertian

Merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk menilai proses pengambilan oksigen dan pengeluaran karbondioksida. Menilai frekuensi, irama, kedalaman dan tipe atau pola pernapasan.
Tingkat respirasi atau respirasi rate adalah jumlah seseorang mengambil napas per menit. Tingkat respirasi biasanya diukur ketika seseorang dalam posisi diam dan hanya melibatkan menghitung jumlah napas selama satu menit dengan menghitung berapa kali dada meningkat.
Respirasi dapat meningkat pada saat demam, berolahraga, emosi. Ketika memeriksa pernapasan, adalah penting untuk juga diperhatikan apakah seseorang memiliki kesulitan bernapas.



MENYIAPKAN TEMPAT TIDUR (VERBEDENT)

            Menyiapkan  tempat tidur / verbedent ditujukan untuk memberikan kenyamanan, kerapihan dan kebersihan pada pasien. Tindakan ini bisa dilakukan tanpa pasien ditempat tidur atau dengan pasien ditempat tidur. 

Peralatan dan Perlengkapan:
Sprei/laken
Stakelaken
Perlak
Selimut














MENYIAPKAN TEMPAT TIDUR (VERBEDENT)
            Menyiapkan  tempat tidur / verbedent ditujukan untuk memberikan kenyamanan, kerapihan dan kebersihan pada pasien. Tindakan ini bisa dilakukan tanpa pasien ditempat tidur atau dengan pasien ditempat tidur. 
Peralatan dan Perlengkapan:
Sprei/laken
Stakelaken
Perlak
Selimut
Sarung bantal
Tempat alat tenun kotor


VERBEDENT DENGAN PASIEN DIATASNYA

  1. Memberitahu dan menjelaskan pada pasien bahwa tempat tidurnya mau dirapikan
  2. Menyiapkan alat secara ergonomis
  3. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir,mengeringkan dengan handuk bersih
  4. Mempersilahkan dan mengatur posisi pasien untuk miring membelakangi bidan
  5. Mengambil selimut dan bantal pasien
  6. Melepas perlak,steklaken,laken/sprei dari tempat tidur klien yang dekat dengan bidan dan menggulungnya kearah tubuh klien
  7. Memasang sprei bersih pada bagian yang dekat bidan dengan garis tengah lipatan tepat ditengah kasur
  8. Memasukkan sprei bagian kepala kebawah kasur
  9. Memasukkan sprei bagian kaki kebawah kasur
  10. Melipat sprei pada sudut-sudut tempat tidur membentuk sudut 45 derajat
  11. Memasukkan sprei bagian samping yang dekat dengan bidan kebawah kasur
  12. Memasang perlak ditengah tempat tidur pada bagian yang dekat dengan bidan
  13. Memasang steklaken diatas perlak pada bagian yang dekat dengan bidan
  14. Memasukkan sisi perlak dan steklaken bagian samping yang dekat dengan bidan kebawah kasur
  15. Mempersilahkan dan membantu pasien untuk miring kearah bidan
  16. Mengambil sprei,steklaken,perlak dari tempat tidur dan memasukkan ketempat alat tenun kotor
  17. Menarik sprei,steklaken,perlak yang bersih kesisi pasien yang jauh dari bidan
  18. Memasang sarung bantal dan meletakkan kebawah kepala klien
  19. Melipat selimut menjadi 4 bagian secara terbalik
  20. Memasukkan lipatan teratas kebawah kasur
  21. Memasang selimut ke pasien
  22. Membereskan alat
  23. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir,mengeringkan dengan handuk bersih dan kering
PROSEDUR KESELAMATAN KERJA:

Patuhi prosedur pekerjaan
Perhatikan keadaan umum klien selama tempat tidurnya dirapikan

Sarung bantal
Tempat alat tenun kotor


VERBEDENT DENGAN PASIEN DIATASNYA

  1. Memberitahu dan menjelaskan pada pasien bahwa tempat tidurnya mau dirapikan
  2. Menyiapkan alat secara ergonomis
  3. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir,mengeringkan dengan handuk bersih
  4. Mempersilahkan dan mengatur posisi pasien untuk miring membelakangi bidan
  5. Mengambil selimut dan bantal pasien
  6. Melepas perlak,steklaken,laken/sprei dari tempat tidur klien yang dekat dengan bidan dan menggulungnya kearah tubuh klien
  7. Memasang sprei bersih pada bagian yang dekat bidan dengan garis tengah lipatan tepat ditengah kasur
  8. Memasukkan sprei bagian kepala kebawah kasur
  9. Memasukkan sprei bagian kaki kebawah kasur
  10. Melipat sprei pada sudut-sudut tempat tidur membentuk sudut 45 derajat
  11. Memasukkan sprei bagian samping yang dekat dengan bidan kebawah kasur
  12. Memasang perlak ditengah tempat tidur pada bagian yang dekat dengan bidan
  13. Memasang steklaken diatas perlak pada bagian yang dekat dengan bidan
  14. Memasukkan sisi perlak dan steklaken bagian samping yang dekat dengan bidan kebawah kasur
  15. Mempersilahkan dan membantu pasien untuk miring kearah bidan
  16. Mengambil sprei,steklaken,perlak dari tempat tidur dan memasukkan ketempat alat tenun kotor
  17. Menarik sprei,steklaken,perlak yang bersih kesisi pasien yang jauh dari bidan
  18. Memasang sarung bantal dan meletakkan kebawah kepala klien
  19. Melipat selimut menjadi 4 bagian secara terbalik
  20. Memasukkan lipatan teratas kebawah kasur
  21. Memasang selimut ke pasien
  22. Membereskan alat
  23. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir,mengeringkan dengan handuk bersih dan kering

PROSEDUR KESELAMATAN KERJA:

Patuhi prosedur pekerjaan
Perhatikan keadaan umum klien selama tempat tidurnya dirapikan


mengatur posisi pasien

 1.Posisi Fowler

Pengertian
Posisi fowler adalah posisi setengah duduk atau duduk, dimana bagian kepalatempat tidur lebih tinggi atau dinaikkan. Posisi ini dilakukan untuk mempertahankan kenyamanan dan memfasilitasi fungsi pernapasan pasien.
Tujuan
  1. Mengurangi komplikasi akibat immobilisasi.
  2. Meningkatkan rasa nyaman
  3. Meningkatkan dorongan pada diafragma sehingga meningkatnya ekspansi dada dan ventilasi paru
  4. Mengurangi kemungkinan tekanan pada tubuh akibat posisi yang menetap
 Indikasi
1) Pada pasien yang mengalami gangguan pernapasan
2) Pada pasien yang mengalami imobilisasi
 Alat dan bahan :
  1. Tempat tidur khusus
  2. Selimut
Cara kerja :
  1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
  2. Dudukkan pasien
  3. Berikan sandaran atau bantal pada tempat tidur pasien atau aturr tempat tidur.
  4. Untuk posisi semifowler (30-45˚) dan untuk fowler (90˚).
  5. Anjurkan pasien untuk tetam berbaring setengah duduk.

2.     Posisi semi fowler
Pengertian
Semi fowler adalah sikap dalam posisi setengah duduk 15-60 derajat

Tujuan
1.      Mobilisasi
2.      Memerikan perasaan lega pada klien sesak nafas
3.      Memudahkan perawatan misalnya memberikan makan





Cara / prosedur
1.      Mengangkat kepala dari tempat tidur ke permukaan yang tepat ( 45-90 derajat)
2.      Gunakan bantal untuk menyokong lengan dan kepala klien jika tubuh bagian atas klien lumpuh
3.      Letakan bantal di bawah kepala klien sesuai dengan keinginan klien, menaikan lutut dari tempat tidur yang rendah menghindari adanya teknan di bawah jarak poplital ( di bawah lutut )

3.Posisi sim

Definisi :
Posisi sim adalah posisi miring ke kanan atau ke kiri, posisi ini dilakukan untuk memberi kenyamanan dan memberikan obat melalui anus (supositoria).

Tujuan :
1.      Mengurangi penekanan pada tulang secrum dan trochanter mayor otot pinggang
2.      Meningkatkan drainage dari mulut pasien dan mencegah aspirasi
3.      Memasukkan obat supositoria
4.   Mencegah dekubitus

Indikasi :
  1. Untuk pasien yang akan di huknah
  2. Untuk pasien yang akan diberikan obat melalui anus


Alat dan bahan :
  1. Tempat tidur khusus
  2. Selimut
Cara kerja :
  1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
  2. Pasien dalam keadaan berbaring, kemudian miringkan ke kiri dengan posisi badan setengan telungkup dan kaki kiri lurus lutut. Paha kanan ditekuk diarahkan ke dada.
  3. Tangan kiri diatas kepala atau dibelakang punggung dan tangan kanan diatas tempat tidur.
  4. Bila pasien miring ke kanan dengan posisi badan setengan telungkup dan kaki kanan lurus, lutut dan paha kiri ditekuk diarahakan ke dada.
  5. Tangan kanan diatas kepala atau dibelakang punggung dan tangan kiri diatas tempat tidur.


  4.Posisi trendelenburg
Definisi :
Pada posisi ini pasien berbaring di tempat tidur dengan bagian kepala lebih rendah daripada bagian kaki. Posisi ini dilakukan untuk melancarkan peredaran darah ke otak.
Alat dan bahan :
  1. Tempat tidur khusus
  2. Selimut

Indikasi :
7.    Pasien dengan pembedahan pada daerah perut
    2) Pasien shock
    3) Pasien hipotensi.  

Alat dan bahan :
  1. Tempat tidur khusus
  2. Selimut
Cara kerja :
  1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
  2. Pasien dalam keadaan berbaring, kemudian miringkan ke kiri dengan posisi badan setengan telungkup dan kaki kiri lurus lutut. Paha kanan ditekuk diarahkan ke dada.
  3. Tangan kiri diatas kepala atau dibelakang punggung dan tangan kanan diatas tempat tidur.
  4. Bila pasien miring ke kanan dengan posisi badan setengan telungkup dan kaki kanan lurus, lutut dan paha kiri ditekuk diarahakan ke dada.
  5. Tangan kanan diatas kepala atau dibelakang punggung dan tangan kiri diatas tempat tidur


5.Posisi dorsal recumbent
Definisi :
Pada posisi ini pasien berbaring terlentang dengan kedua lutut flexi (ditarik atau direnggangkan) diatas tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk merawat dan memeriksa genetalia serta pada proses persalinan.





Tujuan :
Meningkatkan kenyamanan pasien, terutama dengan ketegangan punggung belakang.
Indikasi :
  1. Pasien yang akan melakukan perawatan dan pemeriksaan genetalia
  2. Untuk persalinan
 Alat dan bahan :
  1. Tempat tidur
  2. Selimut
 Cara kerja :
  1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
  2. Pasien dalam keadaan berbaring terlentang, letakkan bantal diantara kepala dan ujung tempat tidur pasien dan berikan bantal dibawah lipatan lutut
  3. Berikan balok penopang pada bagian kaki tempat tidur atau atur tempat tidur khusus dengan meninggikan bagian kaki pasien.

6.Posisi Litotomi
Definisi :
Posisi berbaring telentang dengan mengangkat kedua kaki dan menariknya ke atas bagian perut. Posisi ini dilakukan untuk memeriksa genitalia pada proses persalinan, dan memasang alat kontrasepsi.

Indikasi :
  1. Untuk ibu hamil
  2. Untuk persalinan
  3. Untuk wanita yang ingin memasang alat kontrasepsi

Alat dan bahan :
  1. Tempat tidur khusus
  2. Selimut
Cara kerja:
  1. Pasien dalam keadaan berbaring telentang, kemudian angkat kedua paha dan tarik ke arah perut
  2. Tungkai bawah membentuk sudut 90 derajat terhadap paha
  3. Letakkan bagian lutut/kaki pada tempat tidur khusus untuk posisi lithotomic
  4. Pasang selimut



7.Posisi Genu pectrocal/ Knee chest
Definisi :
Pada posisi ini pasien menungging dengan kedua kaki di tekuk dan dada menempel pada bagian alas tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk memeriksa daerah rektum dan sigmoid.

Tujuan :
Memudahkan pemeriksaan daerah rektum, sigmoid, dan vagina.
Indikasi :
  1. Pasien hemorrhoid
  2. Pemeriksaan dan pengobatan daerah rectum, sigmoid dan vagina.
  1. Anjurkan pasien untuk posisi menungging dengan kedua kaki ditekuk dan dada mencmpel pada kasur tempat tidur.
  2. Pasang selimut pada pasien.















Injeksi pada pasien
PENGERTIAN

Memberikan obat melalui suntikan intracutan atau intradermal adalah suatu tindakan membantu proses penyembuhan melalui suntikan ke dalam jaringan kulit atau intra dermis.

TUJUAN

1. Pasien mendapatkan pengobatan sesuai program pengobatan dokter.
2. Memperlancar proses pengobatan dan menghindari kesalahan dalam pemberian obat.
3. Membantu menentukan diagnosa terhadap penyakit tertentu (misalnya tuberculin tes).
4. Menghindarkan pasien dari efek alergi obat ( dengan skin test).
fungsi pemberian obat secara injeksi
1. Mencegah iritasi pada traktus gastrointestinalis.
2. Mencegah kerusakan obat yang melalui lintasan hepar dan pengaruh getah lambung.
3. Sebagai anastesi lokal pada bagian tubuh tertentu.
4. Untuk memperoleh efek yang cepat.
5. Ketika kondisi fisik dan status mental pasien tidak dapat mengkonsumsi obat melalui jalur lain.

Komplikasi injeksi Intramuscular:

1. Jarum injeksi masuk ke pembuluh darah.
2. Hematom.
3. Jarum injeksi masuk ke pembuluh saraf.
4. Nyeri, parastesia, kerusakan saraf.
5. Jarum injeksi patah di dalam otot.
6. Abses.





PEMASANGAN INFUS




A.Pengertian Pemasangan Infus

Pemasangan Infus adalah pemberian sejumlah cairan ke dalam tubuh melalui sebuah jarum ke dalam pembuluh vena (pembuluh balik) untuk menggantikan cairan atau zat-zatmakanan dari tubuh.

Keadaan-keadaan yang dapat memerlukan pemberian cairan infus adalah :

1.Perdarahan dalam jumlah banyak (kehilangan cairan tubuh dan komponen darah)
2.Trauma abdomen (perut) berat (kehilangan cairan tubuh dan komponen darah)
3.Fraktur tulang, khususnya di pelvis (panggul) dan paha
4.Kehilangan cairan tubuh pada dehidrasi
5.Diare dan demam
6.Luka bakar luas
7.Semua trauma kepala, dada, dan tulang punggung

B.Tujuan Pemasangan Infus

1.Mempertahankan atau mengganti cairan tubuh yang menganung air, elektrolit,vitamin, protein lemak, dan kalori yang tidak dapat dipertahankan secara adekuatmelalui oral
2.Memperbaiki keseimbangan asam basa
3.Memperbaiki volume komponen-komponen darah
4.Memberikan jalan masuk untuk pemberian obat-obatan kedalam tubuh
5.Memonitor tekan Vena Central (CVP)
6.Memberikan nutrisi pada saat system pencernaan di istirahatkan

C.Indikasi Pembetrian Obat melalui jalur intravena

1.Pada Keadaan emergency resusitasi jantung paru memungkinkan pemberian obatsecara langsung kedalam intravena.
2.Untuk memberikan respon yang cepat terhadap pemberian obat
3.Untuk memasukkan dosis obat dalam jumlah obat dalam jumlah besar secara terus-menerus melalui infuse (lidokain, xilokain)
4.Untuk menurunkan ketidaknyamanan pasien dengan mengurangi kebutuhan denganinjeksi intramuskuler.
5.Untuk mencegah masalah yang mungkin timbul apabila beberapa obat di campurdalam satu botol.
6.Untuk memasukkan obat yang tidak dapat diberikan secara oral (missal :pada pasienkoma) atau intra muskuler (missal : pasien dengan gangguan koagulasi)



D.Komplikasi Pemasangan Infus

1.Hematoma : darah mengumpul dalam jaringan tubuh akibat pecahnya pembuluhdarah arteri vena, atau kapiler, terjadi akibat penekanan yang kurang tepat saatmemasukkan jarum, atau tusukan berulang pada pembuluh darah.
2.Infiltrasi : masuknya cairan infus ke dalam jaringan sekitar (bukan pembuluh darah),terjadi akibat ujung jarum infus melewati pembuluh darah.
3.Tromboflebitis/ bengkak (inflamasi) pada pembuluh vena, terjadi akibat infus yangdipasang tidak dipantau secara ketat dan benar.
4.Emboli udara, yakni masuknya udara ke dalam sirkulasi darah, terjadi akibatmasuknya udara yang ada dalam cairan infus ke dalam pembuluh darah.
5.Perdarahan
6.Rasa perih/sakit
7.Reaksi alergi

kulit kepala dengan menggunakan sampo.
                                 
B.       Indikasi
1.      Pasien yang rambutnya kotor dan keadaan umumnya mengizinkan.
2.      Bagi pasien yang berkutu dan sebelum dicuci harus diobati dan di pasang kap kutu lebih dulu.
3.      Pasien yang akan menjalani operasi besar ( Bila keadaan umum mengizinkan).

C.    Kontraindikasi
1.      Apabila teridentifikasi lesi actual ketidak normalan ada kulit kepala
2.      Intregritas kulit kepala berhubungan dengan gangguan parasit

Memandikan pasien   
              
A.    Definisi
Memandikan pasien adalah suatu tindakan membersihkan seluruh bagian tubuh pasien dengan posisi berbaring di tempat tidur dengan menggunakan air bersih, sabun dan larutan antiseptic. Memandikan pasien merupakan suatu tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien yang tidak mampu mandi secara sendiri dengan cara memandikannya di tempat tidur.



B.     Indikasi
1.      Pada pasien bed rest
2.      Pada pasien yang tidak dapat dan tidak diizinkan mandi sendiri
3.      Pada pasien baru yang dalam keadaan kotor.

C.     Kontraindikasi
1.      Pada pasien luka bakar
2.      Hindari tindakan yang menimbulkan rasa malu pada pasien dan tetap menjaga kesopanan.
3.      Pada pasien yang koma
4.      Pada pasien yang terpasang alat-alat kesehatan
        

Perawatan Payudara & Pentingnya SADARI

Payudara adalah salah satu bagian tubuh yang mengalami banyak perubahan dan membutuhkan perawatan khusus selama kehamilan agar ibu dapat memproduksi ASI secara maksimal dan tetap dapat menjaga keindahan bentuk payudaranya setelah melahirkan dan mnyusui.
Selama kehamilan tubuh mempersiapkan payudara untuk memproduksi ASI sehingga banyak perubahan yang terjadi pada bagian tubuh ini. Bentuknya jadi makin besar, kencang dan berat. Berat payudara mendekati masa melahirkan dapat mencapai 1,5 kali dari berat semula.
Sekalipun perawatan terhadap payudara selama kehamilan sangat penting namun disarankan pemijatan baru dilakukan saat kehamilan berusia 5 – 6 bulan karena rangsangan pada puting diawal kehamilan dapat menyebabkan kontraksi.
Cara Merawat Payudara
1. Pemijatan
Pemijatan bertujuan untuk memperlancar peredaran darah dipayudara sehingga hormon dan kelenjar didaerah itu dapat berfungsi dengan optimal dan kelak dapat memproduksi ASI dengan maksimal.
Cara melakukan pemijatan pada payudara
  • Bersihkan payudara dengan air.
  • Olesi payudara dengan minyak.
  • Lakukan pemijatan dengan dua tangan dengan gerakan melingkar searah jarum jam pada daerah sekitar payudara. Ulangi gerakan tersebut dengan arah berlawanan. Lakukan beberapa kali.
  • Lakukan pengurutan dari bawah kearah puting, puting sendiri tidak perlu dirangsang karena hanya berfungsi sebagai saluran untuk keluarnya ASI saja, tidak ada kelenjar disana. Namun yang harus diperhatikan adalah bentuk puting ibu, apakah bentuknya kearah keluar atau malah berbentuk datar atau malah kearah dalam.
  • Bila bentuknya datar atau kearah dalam lakukan pemijatan dengan lembut menggunakan ibu jari dan jari telunjuk untuk mendorong puting ke atas selama 10 detik. Lakukan gerakan ini secara berulang. Bila bentuk puting tetap tidak berubah konsultasilah pada dokter anda.
  • Bersihkan bagian puting dengan kapas dan minyak tujuannya selain untuk menjaga kebersihan juga untuk menjaga kelembaban puting supaya tidak mudah lecet saat menyusui kelak. Jangan bersihkan bagian puting dan lingkaran hitam disekelilingnya dengan sabun karena dapat menyebabkan kulit kering.
  •  Tepuk-tepuk payudara dengan buku-buku jari agar otot-otot disekitar payudara menjadi relaks.
  • Bersihkan payudara dengan air hangat dan air dingin agar peredaran darah menjadi lancer.
  • Keringkan payudara dengan handuk. Lakukan pemijatan ini setiap mandi.
2. Senam Payudara
Tujuan dilakukannya senam payudara adalah untuk merangsang otot pektoralis didada agar payudara lebih padat dan merangsang produksi ASI.
Gerakan senam payudara
  • Berdiri dengan sikap tegak. Tangan kanan memegang bagian bawah siku kiri demikian sebaliknya. Tarik hingga terasa otot payudara bergerak, relaks, lakukan kembali. Lakukan gerakan ini berulang selama 30 kali.
  • Pegang kedua bahu dengan ujung jari kemudian putar kea rah depan. Tekan lengan bagian dalam ke payudara, lakukan gerakan ini sebanyak 20x kemudian lakukan gerakan dengan arah sebaliknya.
Lakukan kedua gerakan itu setiap hari agar peredaran darah disekitar payudara lancar dan otot-otot dadapun menjadi kuat serta merangsang kerja hormon-hormon yang memproduksi ASI.
Selain perawatan payudara yang dilakukan oleh para ibu-ibu selama hamil, setelah melahirkan atau pun pada saat menyusui, tapi sebagai remaja ataupun wanita dewasa dapat juga melakukan perawatan sehari-hari. Bahkan untuk para wanita disarankan untuk melakukan pemeriksaan SADARI atau pemeriksaan payudara sendiri setiap bulannya untuk mengetahui secara dini ada tidaknya benjolan abnormal pada payudara yang menjurus kearah kanker payudara.
Berikut ini cara melakukan teknik SADARI :
Teknik SADARI
1. Melihat
Tanggalkan seluruh pakaian bagian atas. Kemudian berdirilah di depan cermin dengan kedua lengan tergantung lepas kesamping, lakukan pemeriksaan di dalam ruangan yang terang. Perhatikan payudara Anda dan nilai:
a. Apakah bentuk dan ukurannya kanan dan kiri simetris?
b. Apakah bentuknya membesar/mengeras?
c. Apakah arah putingnya lurus ke depan? Atau berubah arah?
d. Apakah putingnya tertarik ke dalam?
e. Apakah puting/kulitnya ada yang lecet?
f. Apakah kulitnya tampak kemerahan? Kebiruan? Kehitaman?
g. Apakah kulitnya tampak menebal dengan pori-pori melebar (seperti kulit jeruk)?
h. Apakah permukaan kulitnya mulus, tidak tampak adanya kerutan/cekungan?
Ulangi semua pengamatan di atas dengan posisi kedua tangan lurus ke atas. Setelah selesai, ulangi lagi pengamatan dengan kedua tangan di pinggang, dada dibusungkan dan kedua siku ditarik ke belakang.



2. Meraba
a. Posisi terlentang
Berbaringlah di atas tempat tidur untuk memeriksa payudara satu demi satu. Untuk memeriksa payudara kanan, letakkan sebuah bantal tipis atau handuk yang dilipat di bawah bahu kanan, sedangkan lengan kanan diletakkan di bawah kepala. Gunakan keempat jari tangan kiri yang saling dirapatkan untuk meraba payudara. Perabaan dilakukan dengan gerakan memutar (searah jarum jam) mulai dari tepi payudara hingga keputing susu. Gerakan dapat juga secara vertikal ke atas dan kebawah mulai dari tepi paling kiri hingga ke tepipaling kanan. Yang penting, seluruh area payudara harus tuntas teraba, tak ada yang terlewatkan.


b. Posisi berdiri
Berdiri tegak dengan satu lengan dibelakang kepala pada sisi yang akan diperiksa, lakukan perabaan dengan gerakan memutar searah jarum jam maupun gerakan vertical. Bila teraba ada benjolan, perhatikan letaknya, konsistensinya keras/padat, ada rasa nyeri  atau tidak pada saat ditekan. Setelah memastikan adanya benjolan abnormal pada payudara Anda maka disarankan untuk secepatnya memeriksakan diri ke dokter.
Jadi untuk mencegah dan mendeteksi secara dini adanya kanker payudara maka teknik SADARI ini sangat dianjurkan terutama untuk :
1. Melakukan SADARI rutin setiap bulannya.
2. Melakukan dengan gerakan yang sama setiap bulannya.
3. Apabila menemukan perubahan periksa ke dokter secepatnya.













PERAWATAN LUKA DAN PEMBIDAIAN

Merawat luka adalah untuk mencegah trauma pada kuit, membran mukosa atau jaringan lain yang disebabkan oleh adanya trauma , fraktur, luka operasi yang dapat merusak permukaan kulit.

A.    Pengertian Luka
·         Menurut Mansjoer, Luka adalah keadaan hilang atau terputusnya kontinuitas jaringan.
·         Menurut InETNA, Luka adalah sebuah injuri pada jaringan yang mengganggu proses selular normal, luka dapat juga dijabarkan dengan adanya kerusakan pada kuntinuitas atau kesatuan jaringan tubuh yang biasanya disertai dengan kehilangan substansi jaringan.
·         R. Sjamsu Hidayat, Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh yang disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik atau gigitan hewan
·         Koiner dan Taylan, Luka adalah terganggunya (disruption) integritas normal dari kulit dan jaringan di bawahnya yang terjadi secara  tiba-tiba atau disengaja, tertutup atau terbuka, bersih atau terkontaminasi, superficial atau dalam.

B.     Tujuan Melakukan Perawatan Luka
Tujuan untuk melakukan perawatan luka adalah :
1.      Memberikan lingkungan yang memadai untuk penyembuhan luka.
2.      Absorbsi drainase.
3.      Menekan dan imobilisasi luka.
4.      Mencegah jaringan epitel baru dari cedera mekanis.
5.      Mencegah luka dari kontaminasi.
6.      Meningkatkan hemostasis dengan menekan dressing.
7.      Memberikan rasa nyaman mental dan fisik pada pasien.




C.    Mekanisme Terjadinya Luka
1.      Luka insisi, terjadi karena teriris oleh instrument yang tajam. Misal yang terjadi akibat pembedahan.
2.      Luka memar, terjadi akibat benturan oleh suatu tekanan dan dikarakteristikkan oleh cedera pada jaringan lunak, perdarahan dan bengkak.
3.      Luka lecet, terjadi akibat kulit bergesek dengan benda lain yang biasanya dengan benda yang tidak tajam.
4.      Luka tusuk, terjadi akibat adanya benda, seperti peluru atau pisau yang masuk kedalam kulit dengan diameter yang kecil.
5.      Luka gores, terjadi akibat benda yang tajam seperti oleh kaca atau oleh kawat.
6.      Luka tembus, terjadi akibat luka yang menembus organ tubuh, biasanya pada bagian awal luka masuk diameternya kecil tetapi bagian ujung biasanya akan melebar.

D.    Fase  Penyembuhan Luka
Proses penyembuhan luka memiliki 3 fase yaitu fase inflamasi, proliferasi dan maturasi. Antara satu fase dengan fase yang lain merupakan suatu kesinambungan yang tidak dapat dipisahkan.

·         Fase Inflamasi
Tahap ini muncul segera setelah injuri dan dapat berlanjut sampai 5 hari. Inflamasi berfungsi untuk mengontrol perdarahan, mencegah invasi bakteri, menghilangkan debris dari jaringan yang luka dan mempersiapkan proses penyembuhan lanjutan.


·         Fase Proliferasi
Tahap ini berlangsung dari hari ke 6 sampai dengan 3 minggu. Fibroblast (sel jaringan penyambung) memiliki peran yang besar dalam fase proliferasi.



PEMBIDAIAN

Bidai atau spalk adalah alat dari kayu, anyaman kawat atau bahan lain yang kuat tetapi ringan yang digunakan untuk menahan atau menjaga agar bagian tulang yang patah tidak bergerak (immobilisasi), memberikan istirahat dan mengurangi rasa sakit. Maksud dari immobilisasi adalah:
1. Ujung-ujung dari ruas patah tulang yang tajam tersebut tidak merusak jaringan lemah, otot-otot, pembuluh darah, maupun syaraf.
2. Tidak menimbulkan rasa nyeri yang hebat, berarti pula mencegah terjadinya syok karena rasa nyeri yang hebat.
3. Tidak membuat luka terbuka pada bagian tulang yang patah sehingga mencegah terjadinya indfeksi tulang.
Pembidaian tidak hanya dilakkukan untuk immobilisasi tulang yang patah tetapi juga untuk sendi yang baru direposisi setelah mengalami dislokasi. Sebuah sendi yang pernah mengalami dislokasi, ligamen-ligamennya biasanya menjadi kendor sehingga gampang mengalami dislokasi kembali, untuk itu setelah diperbaiki sebaiknya untuk sementara waktu dilakukan pembidaian.

Prinsip pembidaian
1. Lakukan pembidaian di mana anggota badan mengalami cedera (korban jangan dipindahkan sebelum dibidai). Korban dengan dugaan fraktur lebih aman dipindahkan ke tandu medis darurat setelah dilakukan tindakan perawatan luka, pembalutan dan pembidaian.
2. Lakukan juga pembidaian pada persangkaan patah tulang, jadi tidak perlu harus dipastikan dulu ada tidaknya patah tulang. Kemungkinan fraktur harus selalu dipikirkan setiap terjadi kecelakaan akibat benturan yang keras. Apabila ada keraguan, perlakukan sebagai fraktur.
Tanda dan gejala patah tulang:
· Adanya tanda ruda paksa pada bagian tubuh yang diduga terjadi patah tulang: pembengkakan, memar, rasa nyeri.
· Nyeri sumbu: apabila diberi tekanan yang arahnya sejajar dengan tulang yang patah akan memberikan nyeri yang hebat pada penderita.
· Deformitas: apabila dibandingkan dengan bagian tulang yang sehat terlihat tidak sama bentuk dan panjangnya.
· Bagian tulang yang patah tidak dapat berfungsi dengan baik atau sama sekali tidak dapat digunakan lagi.
3. Melewati minimal dua sendi yang berbatasan.

TUJUAN PEMBIDAIAN
1. Mencegah pergerakan / pergeseran dari ujung tulang yang patah
2. Mengurangi terjadinya cedera baru disekitar bagian tulang yang patah
3. Memberi istirahat pada anggota badan yang patah
4. Mengurangi rasa nyeri
5. Mempercepat penyembuhan
Resiko pembidaian
a. Cedera pembuluh darah, saraf atau jaringan lain di sekitar fraktur oleh ujung fragmen fraktur, jika dilakukan upaya meluruskan atau manipulasi lainnya pada bagian tubuh yang mengalami fraktur saat memasang bidai.
b. Gangguan sirkulasi atau saraf akibat pembidaian yang terlalu ketat
c. Keterlambatan transport penderita ke rumah sakit, jika penderita menunggu terlalu lama selama proses pembidaian.

















Resusitasi BBL (Bayi baru Lahir)

A.   Pengertian
Resusitasi adalah usaha untuk membantu bayi agar bisa bernafas secara spontanuntuk mempertahankan kelangsungan hidup bayi.

B.    Tujuan
Memberikan ventilasi yang adekuat, pemberian oksigen, dan curah jantung yang cukup, untuk menyalurkan oksigen ke otak, jantung dan alat vital lainnya,


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhrd_dnvGRPa_GyOeB3cej-60BhWFxlirUyJyO4DFVrhj1decyYo-SAbGk8kXZcLjkvtDG8ivy73I4WniS5R9omwast8HjET1GOtjFwelLr4Zj0Sbzt4J7lEa0AHz9XGllrx25uR5p5j2I/s200/resusitasi.jpeg
 C.    Penilaian apakah resusitasi perlu dilakukan
          1.     Apakah air ketuban bersih dari mekonium
          2.    Apakah bayi bernafas atau menangis
          3.    Apakah tonus otot baik
          4.    Apakah warna kulit kemerahan
          5.    Apakah bayi cukup bulan
Jika salah dari 5 pertayaan tersebut jawabannya tidak maka perlu dilakukan resusitasi.


D.   Langkah Awal Resusitasi
1.     Selimuti bayi dengan kain kering dan hangat kecuali kepala, muka, dan dada sebelah atas.
2.    Letakkan punggung bayi pada alas yang bersih dan hangat.
3.    Posisikan bayi dengan sedikit tengadah untuk membuka jalan nafas.
4.    Beritahu kepada ibu dan keluarga yang menungguinya tentang apa yang akan dilakukan, dengar keluhan dan dengar respon dengan penuh perhatian setiap pertayaan dan kekawatiran.
5.    Beri dukungan emosional dan kuatkan keyakinan dengan selayaknya
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhtpWra_OIVSDN7DwHZ-WbDxDt1LQAuCuurn4BvSeO6yBSbIStYEeV5mYUnC9ezFJNhr17ZYYtjBM6mrakldImH-UU2qsgAlrQKTlAHsWsT-IO_XiSrFJztYkF75cqaIrevCvBgvDU-IMg/s1600/resusitasi+2.jpeg
6.    Bersihkan jalan nafas dengan menghisap mulut dulu baru hidung:
a.    Masukkan kateter sepanjang 5cm ke dalam mulut bayi dan hisap saat menarik kateter keluar
b.    Masukkan kateter sepanjang 3cm kedalam setiap lubang hidung dan hisap saat menarik kateter keluar.
c.    Jangan menghisap kateter terlalu dalam ditenggorokan karena akan mengakibatkan denyut jantung bayi menurun atau bahkan nafas bayi berhenti
d.    Bila terdapat darah atau mekonium didalam mulut atau hidung bayi lakukan secara khusus
7.    Keringkan Bayi sambil member rangsangan taktil
8.    Ganti baju bayi dengan kain yang bersih dan kering
9.    Amati bayi apakah bayi sudah menangis, apabila bayi masih tidak bernafas lakukan ventilasi.







Kompres dan pemberian obat
Pengertian
Kompres adalah metode pemeliharaan suhu tubuh dengan menggunakan cairan atau alat yang dapat menimbulkan hangat atau dingin pada bagian tubuh yang memerlukan.
Jenis kompres :
  1. kompres panas
  2. kompres dingin
Tujuan pemberian kompres
a. kompres panas
v     memperlancar sirkulasi darah
v     mengurangi rasa sakit
v     memberi rasa hangat, nyaman, dan tenang pada klien
v     merangsang peristatik usus
b. Kompres dingin
v     menurunkan suhu tubuh
v     mencegah peradangan meluas
v     mengurangi kongesti
v     mengurangi perdarahan setempat
v     mengurangi rasa sakit pada daerah setempat





pemberian obat

Pengertian

Obat merupakan sebuah substansi yang diberikan kepada manusia atau binatang sebagai perawatan, pengobatan, atau bahkn pencegahan terhadap berbagai gangguan yang terjadi di dalam tubuh. Dalam pelaksanaannya ,tenaga medis memiliki tanggung jawab dalam keamanan obat dan pemberian secara lsngsung ke pasien.hal ini semata-mata untuk memenuhi kebutuhan pasien

Tujuan pemberian obat
adalah memberikan obat sesuai dengan dosis dan cara pemakaian yang benar agar obat bisa memberikan efek penyembuhan terhadap suatu penyakit atau pun keluhan yang di rasakan oleh seseorang.


Resiko – resiko khusus yang dapat terjadi pada saat atau setelah melakukan tindakan :
a)      Pemberian Obat Melalui Oral
         Iritasi pada saluran cerna
         Pasien dapat tersendak
b)      Pemberian Obat Melalui Parenteral
         Dapat menimbulkan rasa nyeri
c)      Pemberian Obat Melalui Intravena
         Jika penderitanya alergi terhadap obat, reaksi alergi akan lebih terjadi
         Pasien akan merasa kesakitan jika pemberian obat tidak dilakukan secara perlahan
d)     Pemberian Obat Melalui Intramuskular
         Salah area yang akan disuntik
         Pasien merasa kesakitan jika tidak dilakukan dengan hati – hati
e)      Pemberian Obat Melalui Subkutan
         Pasien merasa kesakitan jika tidak dilakukan dngan hati – hati
         Obat tidak masuk ke dalam subkutan
f)       Pemberian Obat melalui Intrathecal
         Salah area yang akan disuntik/dimasukkan obaat
g)      Pemberian Obat Melalui Inhalasi
         Mengiritasi paru – paru jika dosisnya tidak tepat


kateterisasi
Kateter adalah
sebuah tabung yang dimasukkan tubuh untuk mengeluarkan atau memasukkan cairan ke dalam rongga tubuh. Paling umum, kateter dimasukkan melalui uretra ke kandung kemih untuk mengalirkan urin. Ini digunakan sebagai alternatif buang air kecil untuk orang yang terbatasi di tempat tidur atau tidak mampu mengontrol buang air kecil. Bila tidak hati-hati, penggunaan jangka panjang kateter dapat menyebabkan infeksi saluran kemih. Kateter dapat memakai bahan karet, kaca, logam, atau plastik yang elastis.
Tujuan pemasangan kateter urine
Memulihkan / mengatasi retensi urine akut / kronis.
Pengaliran urine untuk persiapan operasi atau pasca operasi.
Menentukan jumlah urine sisa setelah miksi.
Mengambil spesimen urine steril untuk pemeriksaan diagnostik.
Monitoring urine output secara ketat.
KOMPLIKASI PEMASANGAN KATETER
1. Bila pemasangan dilakukan tidak hati-hati bisa menyebabkan luka dan perdarahan uretra
yang berakhir dengan striktur uretra seumur hidup
2. Balon yang dikembangkan sebelum memasuki buli-buli juga dapat menimbulkan luka
pada uretra. Karenanya, balon dikembangkan bila yakin balon akan mengembnag dalam
buli-buli dengan mendorong kateter sampai ke pangkalnya
3. Infeksi uretra dan buli-buli
4. Nekrosis uretra bila ukuran kateter terlalu besar atau fiksasi yang keliru
5. Merupakan inti pembentukan batu buli-buli
6. Pada penderita tidak sadar, kateter dengan balon terkembang bisa dicabut yang berkibat
perdarahan dan melukai uretra
7. Kateter tidak bisa dicabut karena saluran pengembang balon tersumbat

PENANGANAN SHOCK

A.    Definisi Shock
Shock adalah keadaan dimana terjadi kegagalan sirkulasi darah perifer/tepi yang menyeluruh, sehingga aliran darah ke jaringan perifer tidak memadai untuk menunjang hidup
B.     Prosedur
Persiapan
Alat :
1.      Tensimete
2.      Disposable spuit
3.      Kanula vena
4.      Infusion set
5.      Tabung oksigen beserta regulator dan flowmeter
6.      Nasala prong atau masker beserta slang
7.      Ambu bag




C.    Macam-Macam Shock

1.      Shock hipovolemik
2.      Shock kardiogenik
3.      Shock vasomotor
4.      Shock kombinasi dari ketiganya

D.    Sebab-Sebab Shock
1.      Shock hipovolemik
a.       Perdarahan external yang exesive (banyak)
b.      Kehilangan cairan tubuh yang banyak
c.       Pengeluaran cairan yang banyak melalui ginjal
d.      Kekurangan pemasukan cairan
2.       Shock Kardiogenik (volume darah cukup)
a.       Kegagalan ventrikuler
b.      Gangguan irama jantung
c.       Infark miokard
d.      Pneumothorak, embolus paru
e.       Tamponade jantung
3.      Vasodilatasi shock
a.       Sepsis (sepsis shock)
b.      Intoksikasi obat (anafilaktik shock)
c.        Trauma serebral (neurogenik shock)

E.     Gejala-Gejala Umum Shock

1.      Penurunan kesadaran/gelisah
2.      Hipotensi, tekanan sistolik < 90 mmhg
3.      Hipotensi perifer, kulit teraba dingin, lembab, nadi kecil dan cepat
4.      Perbedaan tekanan darah pada posisi terlentang dengan posisi duduk/berdiri lebih dari 10   mmhg
5.      Perbedaan frekuensi nadi pada posisi terlentang dengan posisi duduk >15 x/menit

F.     Tingkatan Shock
1.      Ringan (kehilangan volume darah <20%)
Tanda klinis: rasa dingin, hipotensi postural, takikardi, kulit lembab, urine pekat, diuresis   kurang, kesadaran masih normal
2.      Sedang (kehilangan cairan 20%-40% dari volume darah total)
Tanda klinis: penurunan kesadaran, delirium/agitasi, hipotensi, takikardi, nafas cepat dan
    dalam, oliguri, asidosis metabolik.





















RESUSITASI JANTUG PARU (RJP)

A.    Definisi
      Resusitasi jantung paru merupakan usaha yang dilakukan untuk mengembalikan fungsi pernafasan dan atau sirkulasi pada henti nafas (respiratory arrest) dan atau henti jantung (cardiac arrest) pada orang dimana fungsi tersebut gagal total oleh suatu sebab yang memungkinkan untuk hidup normal selanjutnya bila kedua fungsi tersebut bekerja kembali.

B.     Pengajaran resusitasi jantung paru (RJP) dibagi dalam 3 fase, yaitu :

1.      Bantuan Hidup Dasar (BDH).
2.      Bantuan Hidup Lanjut (BHL).
3.      Bantuan Hidup Jangka Lama.
Tujuan dari tindakan Resusitasi Jantung Paru adalah untuk
Mengembalikan fungsi pernafasan dan atau sirkulasi pada henti nafas (respiratory arrest) dan atau henti jantung (cardiac arrest) pada orang dimana fungsi tersebut gagal total oleh suatu sebab yang memungkinkan untuk hidup normal selanjutnya bila kedua fungsi tersebut bekerja kembali
Mencegah berhentinya sirkulasi atau berhentinya respirasi (nafas)
Memberikan bantuan eksternal terhadap sirkukasi (fungsi jantung) dan ventilasi (fungsi pernafasan/paru) pada pasien/korban yang mengalami henti jantung atau henti nafas melalui Cardio Pulmonary Resuciation (CPR) atau Resusitasi Jantung Paru (RJP).
Resiko-resiko atau bahaya Resusitasi jantung paru.

Penekanan pada dada dapat menyebabkan rasa sakit yang sangat, perlukaan pada dada, rusaknya tulang iga, collaps atau kolapsnya paru. Pada pasien yang terpasang selang bantuan pernafasan biasanya dibutuhkan obat-obatan untuk menjaga dan memelihara kenyamanan dari gangguan selang tersebut.


BAB III
PENUTUP

  1. Kesimpulan
Kesimpulannya bahwa Tantangan profesi keperawatan adalah suatu profesi yang sudah mendapatkan pengakuan dari profesi lain, dituntut untuk mengembangkan dirinya untuk berpartisipasi aktif dalam sistem pelayanan kesehatan agar keberadaannya mendapat pengakuan dari masyarakat. Hak-hak pasien dan perawat pada prinsipnya tidak terlepas pula dengan hak-hak manusia atau lebih dasar lagi hak asasi manusia. Hak asasi manusia tidak tanpa batas dan merupakan kewajiban setiap negara/pemerintah untuk menentukan batas-batas kemerdekaan yang dapat dilaksanakan dan dilindungi dengan mengutamakan kepentingan umum.
  1. Saran
Sarannya adalah untuk mewujudkan pengakuan tersebut, maka perawat masih harus memperjuangkan langkah-langkah profesionalisme sesuai dengan keadaan dan lingkungan sosial.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar