KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan
kehadirat Allah SWT yang telah memberikan anugerah kepada penyusun untuk dapat
menyusun makalah yang berjudul “Keperawatan Sebagai Profesi”.
Makalah ini disusun berdasarkan
hasil data-data dari media elektronik berupa Internet dan media cetak. Ucapan
terima kasih kepada rekan-rekan kelompok delapan yang telah memberikan
partisipasinya dalam penyusunan makalah ini.
Penyusun berharap makalah ini dapat
bermanfaat untuk kita semua dalam menambah pengetahuan atau wawasan mengenai
keperawatan. Penyusun sadar makalah ini belumlah sempurna maka dari itu
penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar makalah ini
menjadi sempurna.
Kata
Pengantar …………………………………………………………………… .. … i
Daftar
Isi …………………………………………………………………………………. ii
BAB
I PENDAHULUAN………………………………………………………………… 1
Ø Latar Belakang ……………………………………………………………… 1
BAB II
PEMBAHASAN
Ø Memasang NGT dan member makan melalui
NGT…………………… ......... 4
Ø Pemeriksaan tanda tanda
vital………………………………………………….. 6
Ø Verbedent…………………………………………………………………..
… .. .. 8
Ø Mengatur posisi pasien………………………………………………………….. 12
Ø Injeksi ………………………………………………………………………………17
Ø Pemasangan infus..……………………………………………………………….18
Ø Perawatan
payudara………………………………………………………………20
Ø Perawatan luka dan
pembidaian…………………………………………………24
Ø Resusitasi
BBL…………………………………………………………………… 28
Ø Kompres dan pemberian
obat………………………………………………….. 30
Ø Kateterisasi……………………………………………………………………….. 32
Ø Penanganan
shock………………………………………………………………. 33
Ø Resusitasi
jantung……………………………………………………………….. 36
BAB
III Penutup
Ø Kesimpulan…………………………………………………………………………37
Ø Saran ……………………………………………………………………………… 37
BAB
I
PENDAHULUAN
Latar Belakang :
Keperawatan merupakan profesi yang
membantu dan memberikan pelayanan yang berkontribusi pada kesehatan dan
kesejahteraan individu. Keperawatan juga diartikan sebagai konsekuensi penting
bagi individu yang menerima pelayanan, profesi ini memenuhi kebutuhan yang
tidak dapat dipenuhi oleh seseorang, keluarga atau kelompok di komunitas.
(Committee on Education American Nurses Association (ANA), 1965).
WHO Expert Committee on Nursing
dalam Aditama (2000) mengatakan bahwa, pelayanan keperawatan adalah gabungan
dari ilmu kesehatan dan seni melayani/memberi asuhan (care), suatu gabungan
humanistik dari ilmu pengetahuan, filosofi keperawatan, kegiatan klinik,
komunikasi dan ilmu sosial.
Keperawatan merupakan suatu bentuk
pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan
berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan biopsikososial dan
spiritual yang komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat
baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh aspek kehidupan manusia.
(Lokakarya Nasional, 1983).
Profesi
berasal dari kata profession yang
berarti suatu pekerjaan yang membutuhkan dukungan body of knowledge sebagai dasar bagi perkembangan teori yang
sistematis meghadapi banyak tantangan baru, dan karena itu membutuhkan
pendidikan dan pelatihan yang cukup lama, memiliki kode etik orientasi utamanya
adalah melayani (alturism).
Profesi
adalah suatu pekerjaan yang ditujukan untuk kepentingan masyarakat dan bukan
untuk kepentingan golongan atau kelompok tertentu. Profesi sangat mementingkan
kesejahteraan orang lain, dalam konteks bahasan ini konsumen sebagai penerima
jasa pelayanan keperawatan profesional. Menurut Webster, profesi adalah
pekerjaan yang memerlukan pendidikan yang lama dan menyangkut keterampilan
intelektual.
Kelly
dan Joel (1995) menjelaskan, “Profesional sebagai suatu karakter, spirit atau
metode profesional yang mencakup pendidikan dan kegiatan di berbagai kelompok
okupasi yang anggotanya berkeinginan menjadi profesional”. Profesional
merupakan suatu proses yang dinamis untuk memenuhi atau mengubah karakteristik
kearah suatu profesi.
Sejak
abad yang lalu keperawatan telah megalami perubahan yang drastis, selain itu
juga telah mengikuti perundang-undangan dan mendapatkan penghargaan sebagai
profesi penuh. Hugnes E.C (1963) mengatakan bahwa, “Profesi adalah seorang
ahli, mereka mengetahui lebih baik tentang sesuatu hal dari orang lain, serta
mengetahui lebih baik daripada kliennya tentang apa yang terjadi pada klien”. Dalam
konsep profesi ada tiga nilai penting yang perlu dipahami yakni:
1. Pengetahuan yang mendalam dan
sistimatik.
2. Keterampilan teknis dan kiat yang
diperoleh melalui latihan yang lama.
3. Pelayanan asuhan kepada yang
memerlukan berdasarkan ilmu pengetahuan, keterampilan teknis dan pedoman serta
falsafah moral yang diyakini (etika profesi).
Menurut Hood L.J dan Leddy S.K
(2006), “Perawat profesional akan menggunakan pendekatan holistik dalam
menemukan kebutuhan kesehatan bagi klien yang dirawatnya, hal ini sesuai dengan
pernyataan kebijakan yang disampaikan oleh American
Nurses Association (1995), ada empat ciri praktik profesional yang harus
dilakukan oleh perawat, yaitu:
1. Perawat menggunakan fokus orientasi
pada masalah dengan memperhatikan rangkaian seluruh respon manusia terhadap
kesehatan dan penyakitnya.
2. Perawat terintegrasi dalam tenaga
kesehatan yang menggunakan pengetahuannya untuk membantu mencapai tujuan pasien
dengan mengumpulkan data subjektif maupun objektif pasien dan memahaminya baik
secara individual atau secara berkelompok.
3. Perawat mengaplikasikan ilmu
pengetahuannya untuk menentukan diagnosa dan melakukan treatment respon
manusia.
4. Perawat melakukan asuhan keperawatan
dengan melakukan hubungan terapeutik dengan pasien untuk memfasilitasi
kesehatan dan penyembuhan.
BAB II
PEMBAHASAN
Memasang NGT dan Memberi Makan Melalui NGT
Pemasangan NGT
Definisi
Melakukan pemasangan selang (tube)
dari rongga hidung ke lambung (gaster)
Tujuan
1) Memasukan makanan cair/obat-abatan
cair/padat yang dicairkan
2) Mengeluarkan cairan yang ada di
dalam lambung dan gas yang ada di dalam lambung
3) Mengirigasi karena perdarahan ata
keracunan di dalam lambung
4) Mencegah/mengurangi nausea dan
vomiting setelah pembedahan atau trauma
5) Mengambil specimen dalam lambung
untuk studi laboratorium
KOMPLIKASI
Komplikasi-komplikasi dapat terjadi akibat trauma mekanik selama
proses
pemasangan awal NGT maupun penempatan NGT yang tidak tepat antara
lain:
a) Distres nafas pada pemasangan awal NGT terjadi akibat
penempatan posisi
pasien serta teknik pemasangan NGT yang tidak tepat. Ini dapat
dicegah
dengan memposisikan pasien pada posisi fowler atau
sniffing serta melakukan
setiap tahapan prosedur pemasangan NGT dengan berurutan, serta
yang paling
penting adalah konfirmasi letak pipa. Penangan awal bila muncul
tanda-tanda
distres nafas adalah dengan segera menarik keluar NGT.6
b) Malposisi NGT
Jangan melakukan pemasangan NGT misalnya malposisi NGT misalnya
pada
pasien trauma maksilofasial yang dicurigai mengalami fraktur pada
cribiformis
plate.2,6
c) Pasien merasa tidak nyaman dapat diatasi dengan pemberian nasal
dekongestan
dan anastesi topikal dengan menggunakan lidokain 4 persen ke dalam
mukosa
hidung serta sprai lidokain 4 persen atau benzocaine langsung ke
posterior
orofaring. Alternatif lain dengan menggunakan nebulizer yang
mengandung
lidocain 4 persen, sehingga baik mukosa hidung dan mulut
teranastesi baik.2,6
d) Epistaksis masif dapat menyebabkan gangguan pada jalan nafas,
sehingga
memerlukan pemasangan tampon. Risiko komplikasi ini dapat
dikurangi
dengan melakukan teknik pemasangan NGT yang tepat yaitu dengan
menelusuri dasar hidung menuju ke arah telinga saat mendorong
masuk NGT.
PEMERIKSAAN TANDA- TANDA VITAL
Pengertian :
Pemeriksaan
tanda vital merupakan suatu cara untuk mendeteksi adanya perubahan sistem
tubuh. Tanda vital meliputi: Suhu tubuh, Denyut Nadi, Frekuensi Pernapasan, dan
Tekanan Darah.
Tujuan :
- Pengukuran suhu tubuh dilakukan untuk mengetahui rentang suhu tubuh.
- Mengetahui denyut nadi (Irama, Frekuensi, dan Kekuatan)
- Menilai kemampuan kardiovaskuler
- Mengetahui frekuensi, irama dan kedalaman pernapasan
- Menilai kemampuan fungsi pernapasan
- Mengetahui nilai tekanan darah.
1.
Tekanan darah
Pengertian
Tekanan darah adalah kekuatan yang mendorong darah terhadap
dinding arteri, Tekanan ditentukan oleh kekuatan dan jumlah darah yang
dipompa, dan ukuran serta fleksibilitas dari arteri, diukur dengan alat
pengukur tekanan darah dan stetoskop.
Tekanan darah terus-menerus berubah tergantung pada aktivitas, suhu, makanan,
keadaan emosi, sikap, keadaan fisik, dan obat-obatan.
Dua angka dicatat ketika mengukur tekanan darah. Angka
yang lebih tinggi, adalah tekanan sistolik, mengacu pada tekanan di dalam
arteri ketika jantung berkontraksi dan memompa darah ke seluruh tubuh. Angka
yang lebih rendah, adalah tekanan diastolik, mengacu pada tekanan di
dalam arteri ketika jantung beristirahat dan pengisian darah. Baik tekanan
sistolik dan diastolik dicatat sebagai “mm Hg” (milimeter air raksa). Perbedaan
antara tekanan sistolik dan diastolik disebut tekanan denyut. Di Indonesia,
tekanan darah biasanya diukur dengan tensimeter air raksa.
resiko
Menilai pola hidup serta identifikasi factor-faktor
resiko kardiovaskuler lainnya.Jika hasil pengukuran darah berada di atas
normal, maka klien tersebut mempunyai tekanan darah yang tinggi atau
hipertensi. Hipertensi dapat mengakibatkan kerusakan berbagai organ target
seperti otak, jantung, ginjal, aorta, pembuluh darah perifir dan retina.
2.
Nadi
Pengertian
Nadi adalah denyut nadi yang teraba pada dinding pembuluh darah arteri yang berdasarkan systol dan gystole dari jantung. Denyut nadi adalah jumlah denyut jantung, atau berapa kali jantung berdetak per menit. Mengkaji denyut nadi tidak hanya mengukur frekuensi denyut jantung, tetapi juga mengkaji irama jantung dan kekuatan denyut jantung.
Denyut merupakan pemeriksaan pada pembuluh
nadi atau arteri. Ukuran kecepatannya diukur pada beberapa titik denyut
misalnya denyut arteri radialis pada pergelangan tangan, arteri brachialis pada lengan atas, arteri karotis pada leher, arteri poplitea pada belakang lutut, arteri dorsalis
pedis atau arteri
tibialis posterior pada kaki. Pemeriksaan denyut dapat
dilakukan dengan bantuan stetoskop.
3.
Suhu
Pengertian
Denyut nadi merupakan denyutan atau
dorongan yang dirasakan dari proses pemompaan jantung. Pemeriksaan nadi
seharusnya dilakukan dalam keadaan tidur atau istirahat. Kondisi hipertermia
dapat meningkatkan denyut nadi sebanyak 15 – 20 kali per menit setiap peningkatan
suhu 1 derajat celcius.
Pemeriksaan suhu
digunakan untuk menilai kondisi metabolisme di dalam tubuh, dimana tubuh
menghasilkan panas secara kimiawi melalui metabolisme darah. Keseimbangan suhu
harus diatur dalam pembuangan dan penyimpanannya di dalam tubuh yang diatur
oleh hipotalamus.
4.
Pernapasan
Pengertian
Merupakan
pemeriksaan yang dilakukan untuk menilai proses pengambilan oksigen dan
pengeluaran karbondioksida. Menilai frekuensi, irama, kedalaman dan tipe atau
pola pernapasan.
Tingkat respirasi atau respirasi rate adalah jumlah seseorang mengambil napas
per menit. Tingkat respirasi biasanya diukur ketika seseorang dalam posisi diam dan
hanya melibatkan menghitung jumlah napas selama satu menit dengan menghitung
berapa kali dada meningkat.
Respirasi dapat meningkat pada saat demam, berolahraga, emosi. Ketika
memeriksa pernapasan, adalah penting untuk juga diperhatikan apakah seseorang
memiliki kesulitan bernapas.
MENYIAPKAN
TEMPAT TIDUR (VERBEDENT)
Menyiapkan tempat tidur / verbedent ditujukan untuk
memberikan kenyamanan, kerapihan dan kebersihan pada pasien. Tindakan ini bisa
dilakukan tanpa pasien ditempat tidur atau dengan pasien ditempat tidur.
Peralatan
dan Perlengkapan:
v Sprei/laken
v Stakelaken
v Perlak
v Selimut
MENYIAPKAN TEMPAT TIDUR (VERBEDENT)
Menyiapkan tempat tidur / verbedent ditujukan untuk
memberikan kenyamanan, kerapihan dan kebersihan pada pasien. Tindakan ini bisa
dilakukan tanpa pasien ditempat tidur atau dengan pasien ditempat tidur.
Peralatan
dan Perlengkapan:
v Sprei/laken
v Stakelaken
v Perlak
v Selimut
v Sarung bantal
v Tempat alat
tenun kotor
VERBEDENT DENGAN PASIEN DIATASNYA
- Memberitahu dan menjelaskan pada pasien bahwa tempat tidurnya mau dirapikan
- Menyiapkan alat secara ergonomis
- Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir,mengeringkan dengan handuk bersih
- Mempersilahkan dan mengatur posisi pasien untuk miring membelakangi bidan
- Mengambil selimut dan bantal pasien
- Melepas perlak,steklaken,laken/sprei dari tempat tidur klien yang dekat dengan bidan dan menggulungnya kearah tubuh klien
- Memasang sprei bersih pada bagian yang dekat bidan dengan garis tengah lipatan tepat ditengah kasur
- Memasukkan sprei bagian kepala kebawah kasur
- Memasukkan sprei bagian kaki kebawah kasur
- Melipat sprei pada sudut-sudut tempat tidur membentuk sudut 45 derajat
- Memasukkan sprei bagian samping yang dekat dengan bidan kebawah kasur
- Memasang perlak ditengah tempat tidur pada bagian yang dekat dengan bidan
- Memasang steklaken diatas perlak pada bagian yang dekat dengan bidan
- Memasukkan sisi perlak dan steklaken bagian samping yang dekat dengan bidan kebawah kasur
- Mempersilahkan dan membantu pasien untuk miring kearah bidan
- Mengambil sprei,steklaken,perlak dari tempat tidur dan memasukkan ketempat alat tenun kotor
- Menarik sprei,steklaken,perlak yang bersih kesisi pasien yang jauh dari bidan
- Memasang sarung bantal dan meletakkan kebawah kepala klien
- Melipat selimut menjadi 4 bagian secara terbalik
- Memasukkan lipatan teratas kebawah kasur
- Memasang selimut ke pasien
- Membereskan alat
- Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir,mengeringkan dengan handuk bersih dan kering
PROSEDUR KESELAMATAN
KERJA:
v Patuhi prosedur
pekerjaan
v Perhatikan
keadaan umum klien selama tempat tidurnya dirapikan
v Sarung bantal
v Tempat alat
tenun kotor
VERBEDENT DENGAN PASIEN DIATASNYA
- Memberitahu dan menjelaskan pada pasien bahwa tempat tidurnya mau dirapikan
- Menyiapkan alat secara ergonomis
- Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir,mengeringkan dengan handuk bersih
- Mempersilahkan dan mengatur posisi pasien untuk miring membelakangi bidan
- Mengambil selimut dan bantal pasien
- Melepas perlak,steklaken,laken/sprei dari tempat tidur klien yang dekat dengan bidan dan menggulungnya kearah tubuh klien
- Memasang sprei bersih pada bagian yang dekat bidan dengan garis tengah lipatan tepat ditengah kasur
- Memasukkan sprei bagian kepala kebawah kasur
- Memasukkan sprei bagian kaki kebawah kasur
- Melipat sprei pada sudut-sudut tempat tidur membentuk sudut 45 derajat
- Memasukkan sprei bagian samping yang dekat dengan bidan kebawah kasur
- Memasang perlak ditengah tempat tidur pada bagian yang dekat dengan bidan
- Memasang steklaken diatas perlak pada bagian yang dekat dengan bidan
- Memasukkan sisi perlak dan steklaken bagian samping yang dekat dengan bidan kebawah kasur
- Mempersilahkan dan membantu pasien untuk miring kearah bidan
- Mengambil sprei,steklaken,perlak dari tempat tidur dan memasukkan ketempat alat tenun kotor
- Menarik sprei,steklaken,perlak yang bersih kesisi pasien yang jauh dari bidan
- Memasang sarung bantal dan meletakkan kebawah kepala klien
- Melipat selimut menjadi 4 bagian secara terbalik
- Memasukkan lipatan teratas kebawah kasur
- Memasang selimut ke pasien
- Membereskan alat
- Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir,mengeringkan dengan handuk bersih dan kering
PROSEDUR
KESELAMATAN KERJA:
v Patuhi prosedur
pekerjaan
v Perhatikan
keadaan umum klien selama tempat tidurnya dirapikan
mengatur posisi pasien
1.Posisi Fowler
Pengertian
Posisi fowler
adalah posisi setengah duduk atau duduk, dimana bagian kepalatempat tidur lebih
tinggi atau dinaikkan. Posisi ini dilakukan untuk mempertahankan kenyamanan dan
memfasilitasi fungsi pernapasan pasien.
Tujuan
- Mengurangi komplikasi akibat immobilisasi.
- Meningkatkan rasa nyaman
- Meningkatkan dorongan pada diafragma sehingga meningkatnya ekspansi dada dan ventilasi paru
- Mengurangi kemungkinan tekanan pada tubuh akibat posisi yang menetap
Indikasi
1) Pada pasien yang mengalami gangguan pernapasan
2) Pada pasien yang mengalami imobilisasi
Alat dan
bahan :
- Tempat tidur khusus
- Selimut
Cara kerja :
- Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
- Dudukkan pasien
- Berikan sandaran atau bantal pada tempat tidur pasien atau aturr tempat tidur.
- Untuk posisi semifowler (30-45˚) dan untuk fowler (90˚).
- Anjurkan pasien untuk tetam berbaring setengah duduk.
2. Posisi semi fowler
Pengertian
Semi fowler adalah sikap dalam
posisi setengah duduk 15-60 derajat
Tujuan
1.
Mobilisasi
2.
Memerikan perasaan lega pada klien sesak nafas
3.
Memudahkan perawatan misalnya memberikan makan
Cara
/ prosedur
1.
Mengangkat kepala dari tempat tidur ke permukaan yang tepat ( 45-90 derajat)
2.
Gunakan bantal untuk menyokong lengan dan kepala klien jika tubuh bagian atas
klien lumpuh
3.
Letakan bantal di bawah kepala klien sesuai dengan keinginan klien, menaikan
lutut dari tempat tidur yang rendah menghindari adanya teknan di bawah jarak
poplital ( di bawah lutut )
3.Posisi sim
Definisi :
Posisi sim
adalah posisi miring ke kanan atau ke kiri, posisi ini dilakukan untuk memberi
kenyamanan dan memberikan obat melalui anus (supositoria).
Tujuan :
1. Mengurangi penekanan pada tulang secrum
dan trochanter mayor otot pinggang
2. Meningkatkan drainage dari mulut pasien
dan mencegah aspirasi
3. Memasukkan obat supositoria
4. Mencegah dekubitus
Indikasi :
- Untuk pasien yang akan di huknah
- Untuk pasien yang akan diberikan obat melalui anus
Alat dan bahan :
- Tempat tidur khusus
- Selimut
Cara kerja :
- Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
- Pasien dalam keadaan berbaring, kemudian miringkan ke kiri dengan posisi badan setengan telungkup dan kaki kiri lurus lutut. Paha kanan ditekuk diarahkan ke dada.
- Tangan kiri diatas kepala atau dibelakang punggung dan tangan kanan diatas tempat tidur.
- Bila pasien miring ke kanan dengan posisi badan setengan telungkup dan kaki kanan lurus, lutut dan paha kiri ditekuk diarahakan ke dada.
- Tangan kanan diatas kepala atau dibelakang punggung dan tangan kiri diatas tempat tidur.
4.Posisi
trendelenburg
Definisi :
Pada posisi ini pasien berbaring di tempat tidur dengan bagian kepala
lebih rendah daripada bagian kaki. Posisi ini dilakukan untuk melancarkan
peredaran darah ke otak.
Alat dan bahan :
- Tempat tidur khusus
- Selimut
Indikasi :
7.
Pasien
dengan pembedahan pada daerah perut
2)
Pasien shock
3)
Pasien hipotensi.
Alat dan bahan
:
- Tempat tidur khusus
- Selimut
Cara kerja :
- Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
- Pasien dalam keadaan berbaring, kemudian miringkan ke kiri dengan posisi badan setengan telungkup dan kaki kiri lurus lutut. Paha kanan ditekuk diarahkan ke dada.
- Tangan kiri diatas kepala atau dibelakang punggung dan tangan kanan diatas tempat tidur.
- Bila pasien miring ke kanan dengan posisi badan setengan telungkup dan kaki kanan lurus, lutut dan paha kiri ditekuk diarahakan ke dada.
- Tangan kanan diatas kepala atau dibelakang punggung dan tangan kiri diatas tempat tidur
5.Posisi dorsal recumbent
Definisi :
Pada posisi ini pasien berbaring terlentang dengan kedua lutut flexi
(ditarik atau direnggangkan) diatas tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk
merawat dan memeriksa genetalia serta pada proses persalinan.
Tujuan :
Meningkatkan kenyamanan pasien, terutama dengan ketegangan punggung
belakang.
Indikasi :
- Pasien yang akan melakukan perawatan dan pemeriksaan genetalia
- Untuk persalinan
Alat dan bahan :
- Tempat tidur
- Selimut
Cara
kerja :
- Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
- Pasien dalam keadaan berbaring terlentang, letakkan bantal diantara kepala dan ujung tempat tidur pasien dan berikan bantal dibawah lipatan lutut
- Berikan balok penopang pada bagian kaki tempat tidur atau atur tempat tidur khusus dengan meninggikan bagian kaki pasien.
6.Posisi Litotomi
Definisi :
Posisi berbaring telentang dengan mengangkat kedua kaki dan menariknya ke
atas bagian perut. Posisi ini dilakukan untuk memeriksa genitalia pada proses
persalinan, dan memasang alat kontrasepsi.
Indikasi :
- Untuk ibu hamil
- Untuk persalinan
- Untuk wanita yang ingin memasang alat kontrasepsi
Alat dan bahan :
- Tempat tidur khusus
- Selimut
Cara kerja:
- Pasien dalam keadaan berbaring telentang, kemudian angkat kedua paha dan tarik ke arah perut
- Tungkai bawah membentuk sudut 90 derajat terhadap paha
- Letakkan bagian lutut/kaki pada tempat tidur khusus untuk posisi lithotomic
- Pasang selimut
7.Posisi Genu pectrocal/ Knee chest
Definisi :
Pada posisi ini pasien menungging dengan kedua kaki di tekuk dan dada
menempel pada bagian alas tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk memeriksa
daerah rektum dan sigmoid.
Tujuan :
Memudahkan pemeriksaan daerah rektum, sigmoid, dan vagina.
Indikasi :
- Pasien hemorrhoid
- Pemeriksaan dan pengobatan daerah rectum, sigmoid dan vagina.
- Anjurkan pasien untuk posisi menungging dengan kedua kaki ditekuk dan dada mencmpel pada kasur tempat tidur.
- Pasang selimut pada pasien.
Injeksi
pada pasien
PENGERTIAN
Memberikan obat melalui suntikan intracutan atau intradermal adalah suatu tindakan membantu proses penyembuhan melalui suntikan ke dalam jaringan kulit atau intra dermis.
TUJUAN
1. Pasien mendapatkan pengobatan sesuai program pengobatan dokter.
2. Memperlancar proses pengobatan dan menghindari kesalahan dalam pemberian obat.
3. Membantu menentukan diagnosa terhadap penyakit tertentu (misalnya tuberculin tes).
4. Menghindarkan pasien dari efek alergi obat ( dengan skin test).
fungsi
pemberian obat secara injeksi
1.
Mencegah iritasi pada traktus gastrointestinalis.
2.
Mencegah kerusakan obat yang melalui lintasan hepar dan pengaruh getah lambung.
3.
Sebagai anastesi lokal pada bagian tubuh tertentu.
4.
Untuk memperoleh efek yang cepat.
5.
Ketika kondisi fisik dan status mental pasien tidak dapat mengkonsumsi obat
melalui jalur lain.
Komplikasi injeksi
Intramuscular:
1.
Jarum injeksi masuk ke pembuluh darah.
2.
Hematom.
3.
Jarum injeksi masuk ke pembuluh saraf.
4.
Nyeri, parastesia, kerusakan saraf.
5.
Jarum injeksi patah di dalam otot.
6.
Abses.
PEMASANGAN INFUS
A.Pengertian Pemasangan Infus
Pemasangan
Infus adalah pemberian sejumlah cairan ke dalam tubuh melalui sebuah jarum
ke dalam pembuluh vena (pembuluh balik) untuk menggantikan cairan atau
zat-zatmakanan dari tubuh.
Keadaan-keadaan
yang dapat memerlukan pemberian cairan infus adalah :
1.Perdarahan
dalam jumlah banyak (kehilangan cairan tubuh dan komponen darah)
2.Trauma
abdomen (perut) berat (kehilangan cairan tubuh dan komponen darah)
3.Fraktur
tulang, khususnya di pelvis (panggul) dan paha
4.Kehilangan
cairan tubuh pada dehidrasi
5.Diare
dan demam
6.Luka
bakar luas
7.Semua
trauma kepala, dada, dan tulang punggung
B.Tujuan Pemasangan Infus
1.Mempertahankan
atau mengganti cairan tubuh yang menganung air, elektrolit,vitamin, protein
lemak, dan kalori yang tidak dapat dipertahankan secara adekuatmelalui oral
2.Memperbaiki
keseimbangan asam basa
3.Memperbaiki
volume komponen-komponen darah
4.Memberikan
jalan masuk untuk pemberian obat-obatan kedalam tubuh
5.Memonitor
tekan Vena Central (CVP)
6.Memberikan
nutrisi pada saat system pencernaan di istirahatkan
C.Indikasi Pembetrian Obat melalui
jalur intravena
1.Pada
Keadaan emergency resusitasi jantung paru memungkinkan pemberian obatsecara
langsung kedalam intravena.
2.Untuk
memberikan respon yang cepat terhadap pemberian obat
3.Untuk
memasukkan dosis obat dalam jumlah obat dalam jumlah besar secara terus-menerus
melalui infuse (lidokain, xilokain)
4.Untuk
menurunkan ketidaknyamanan pasien dengan mengurangi kebutuhan denganinjeksi
intramuskuler.
5.Untuk
mencegah masalah yang mungkin timbul apabila beberapa obat di campurdalam satu
botol.
6.Untuk
memasukkan obat yang tidak dapat diberikan secara oral (missal :pada
pasienkoma) atau intra muskuler (missal : pasien dengan gangguan koagulasi)
D.Komplikasi Pemasangan Infus
1.Hematoma
: darah mengumpul dalam jaringan tubuh akibat pecahnya pembuluhdarah arteri
vena, atau kapiler, terjadi akibat penekanan yang kurang tepat saatmemasukkan
jarum, atau tusukan berulang pada pembuluh darah.
2.Infiltrasi
: masuknya cairan infus ke dalam jaringan sekitar (bukan pembuluh
darah),terjadi akibat ujung jarum infus melewati pembuluh darah.
3.Tromboflebitis/
bengkak (inflamasi) pada pembuluh vena, terjadi akibat infus yangdipasang tidak
dipantau secara ketat dan benar.
4.Emboli
udara, yakni masuknya udara ke dalam sirkulasi darah, terjadi akibatmasuknya
udara yang ada dalam cairan infus ke dalam pembuluh darah.
5.Perdarahan
6.Rasa
perih/sakit
7.Reaksi
alergi
kulit kepala dengan menggunakan
sampo.
B.
Indikasi
1.
Pasien yang rambutnya kotor dan
keadaan umumnya mengizinkan.
2.
Bagi pasien yang berkutu dan sebelum
dicuci harus diobati dan di pasang kap kutu lebih dulu.
3.
Pasien yang akan menjalani operasi
besar ( Bila keadaan umum mengizinkan).
C.
Kontraindikasi
1.
Apabila teridentifikasi lesi actual
ketidak normalan ada kulit kepala
2.
Intregritas kulit kepala berhubungan
dengan gangguan parasit
Memandikan pasien
A.
Definisi
Memandikan pasien adalah suatu
tindakan membersihkan seluruh bagian tubuh pasien dengan posisi berbaring di
tempat tidur dengan menggunakan air bersih, sabun dan larutan antiseptic.
Memandikan pasien merupakan suatu tindakan keperawatan yang dilakukan pada
pasien yang tidak mampu mandi secara sendiri dengan cara memandikannya di
tempat tidur.
B.
Indikasi
1.
Pada pasien bed rest
2.
Pada pasien yang tidak dapat dan tidak
diizinkan mandi sendiri
3.
Pada pasien baru yang dalam keadaan
kotor.
C.
Kontraindikasi
1.
Pada pasien luka bakar
2.
Hindari tindakan yang menimbulkan
rasa malu pada pasien dan tetap menjaga kesopanan.
3.
Pada pasien yang koma
4.
Pada pasien yang terpasang alat-alat
kesehatan
Perawatan Payudara &
Pentingnya SADARI
Payudara adalah salah satu bagian
tubuh yang mengalami banyak perubahan dan membutuhkan perawatan khusus selama
kehamilan agar ibu dapat memproduksi ASI secara maksimal dan tetap dapat
menjaga keindahan bentuk payudaranya setelah melahirkan dan mnyusui.
Selama kehamilan tubuh mempersiapkan
payudara untuk memproduksi ASI sehingga banyak perubahan yang terjadi pada
bagian tubuh ini. Bentuknya jadi makin besar, kencang dan berat. Berat payudara
mendekati masa melahirkan dapat mencapai 1,5 kali dari berat semula.
Sekalipun perawatan terhadap
payudara selama kehamilan sangat penting namun disarankan pemijatan baru
dilakukan saat kehamilan berusia 5 – 6 bulan karena rangsangan pada puting
diawal kehamilan dapat menyebabkan kontraksi.
Cara Merawat Payudara
1. Pemijatan
Pemijatan bertujuan untuk
memperlancar peredaran darah dipayudara sehingga hormon dan kelenjar didaerah
itu dapat berfungsi dengan optimal dan kelak dapat memproduksi ASI dengan
maksimal.
Cara melakukan pemijatan pada
payudara
- Bersihkan payudara dengan air.
- Olesi payudara dengan minyak.
- Lakukan pemijatan dengan dua tangan dengan gerakan melingkar searah jarum jam pada daerah sekitar payudara. Ulangi gerakan tersebut dengan arah berlawanan. Lakukan beberapa kali.
- Lakukan pengurutan dari bawah kearah puting, puting sendiri tidak perlu dirangsang karena hanya berfungsi sebagai saluran untuk keluarnya ASI saja, tidak ada kelenjar disana. Namun yang harus diperhatikan adalah bentuk puting ibu, apakah bentuknya kearah keluar atau malah berbentuk datar atau malah kearah dalam.
- Bila bentuknya datar atau kearah dalam lakukan pemijatan dengan lembut menggunakan ibu jari dan jari telunjuk untuk mendorong puting ke atas selama 10 detik. Lakukan gerakan ini secara berulang. Bila bentuk puting tetap tidak berubah konsultasilah pada dokter anda.
- Bersihkan bagian puting dengan kapas dan minyak tujuannya selain untuk menjaga kebersihan juga untuk menjaga kelembaban puting supaya tidak mudah lecet saat menyusui kelak. Jangan bersihkan bagian puting dan lingkaran hitam disekelilingnya dengan sabun karena dapat menyebabkan kulit kering.
- Tepuk-tepuk payudara dengan buku-buku jari agar otot-otot disekitar payudara menjadi relaks.
- Bersihkan payudara dengan air hangat dan air dingin agar peredaran darah menjadi lancer.
- Keringkan payudara dengan handuk. Lakukan pemijatan ini setiap mandi.
2. Senam Payudara
Tujuan dilakukannya senam payudara
adalah untuk merangsang otot pektoralis didada agar payudara lebih padat dan
merangsang produksi ASI.
Gerakan senam payudara
- Berdiri dengan sikap tegak. Tangan kanan memegang bagian bawah siku kiri demikian sebaliknya. Tarik hingga terasa otot payudara bergerak, relaks, lakukan kembali. Lakukan gerakan ini berulang selama 30 kali.
- Pegang kedua bahu dengan ujung jari kemudian putar kea rah depan. Tekan lengan bagian dalam ke payudara, lakukan gerakan ini sebanyak 20x kemudian lakukan gerakan dengan arah sebaliknya.
Lakukan kedua gerakan itu setiap
hari agar peredaran darah disekitar payudara lancar dan otot-otot dadapun
menjadi kuat serta merangsang kerja hormon-hormon yang memproduksi ASI.
Selain perawatan payudara yang
dilakukan oleh para ibu-ibu selama hamil, setelah melahirkan atau pun pada saat
menyusui, tapi sebagai remaja ataupun wanita dewasa dapat juga melakukan
perawatan sehari-hari. Bahkan untuk para wanita disarankan untuk melakukan
pemeriksaan SADARI atau pemeriksaan payudara sendiri setiap bulannya untuk
mengetahui secara dini ada tidaknya benjolan abnormal pada payudara yang
menjurus kearah kanker payudara.
Berikut ini cara melakukan teknik
SADARI :
Teknik SADARI
1. Melihat
Tanggalkan seluruh pakaian bagian
atas. Kemudian berdirilah di depan cermin dengan kedua lengan tergantung lepas
kesamping, lakukan pemeriksaan di dalam ruangan yang terang. Perhatikan
payudara Anda dan nilai:
a. Apakah bentuk dan ukurannya kanan
dan kiri simetris?
b. Apakah bentuknya
membesar/mengeras?
c. Apakah arah putingnya lurus ke
depan? Atau berubah arah?
d. Apakah putingnya tertarik ke
dalam?
e. Apakah puting/kulitnya ada yang
lecet?
f. Apakah kulitnya tampak kemerahan?
Kebiruan? Kehitaman?
g. Apakah kulitnya tampak menebal
dengan pori-pori melebar (seperti kulit jeruk)?
h. Apakah permukaan kulitnya mulus,
tidak tampak adanya kerutan/cekungan?
Ulangi semua pengamatan di atas
dengan posisi kedua tangan lurus ke atas. Setelah selesai, ulangi lagi
pengamatan dengan kedua tangan di pinggang, dada dibusungkan dan kedua siku
ditarik ke belakang.
2. Meraba
a. Posisi terlentang
Berbaringlah di atas tempat tidur
untuk memeriksa payudara satu demi satu. Untuk memeriksa payudara kanan,
letakkan sebuah bantal tipis atau handuk yang dilipat di bawah bahu kanan,
sedangkan lengan kanan diletakkan di bawah kepala. Gunakan keempat jari tangan
kiri yang saling dirapatkan untuk meraba payudara. Perabaan dilakukan dengan
gerakan memutar (searah jarum jam) mulai dari tepi payudara hingga keputing
susu. Gerakan dapat juga secara vertikal ke atas dan kebawah mulai dari tepi
paling kiri hingga ke tepipaling kanan. Yang penting, seluruh area payudara
harus tuntas teraba, tak ada yang terlewatkan.
b. Posisi berdiri
Berdiri tegak dengan satu lengan
dibelakang kepala pada sisi yang akan diperiksa, lakukan perabaan dengan
gerakan memutar searah jarum jam maupun gerakan vertical. Bila teraba ada
benjolan, perhatikan letaknya, konsistensinya keras/padat, ada rasa nyeri
atau tidak pada saat ditekan. Setelah memastikan adanya benjolan abnormal pada
payudara Anda maka disarankan untuk secepatnya memeriksakan diri ke dokter.
Jadi untuk mencegah dan mendeteksi
secara dini adanya kanker payudara maka teknik SADARI ini sangat dianjurkan
terutama untuk :
1. Melakukan SADARI rutin setiap
bulannya.
2. Melakukan dengan gerakan yang
sama setiap bulannya.
3. Apabila menemukan perubahan
periksa ke dokter secepatnya.
PERAWATAN LUKA DAN PEMBIDAIAN
Merawat
luka adalah untuk mencegah trauma pada kuit, membran mukosa atau jaringan lain
yang disebabkan oleh adanya trauma , fraktur, luka operasi yang dapat merusak
permukaan kulit.
A.
Pengertian Luka
·
Menurut Mansjoer, Luka adalah
keadaan hilang atau terputusnya
kontinuitas jaringan.
·
Menurut InETNA, Luka adalah
sebuah injuri pada jaringan yang mengganggu proses selular normal, luka dapat
juga dijabarkan dengan adanya kerusakan pada kuntinuitas atau kesatuan jaringan
tubuh yang biasanya disertai dengan kehilangan substansi jaringan.
·
R. Sjamsu Hidayat, Luka adalah
hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh yang disebabkan oleh trauma benda
tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik atau
gigitan hewan
·
Koiner dan Taylan, Luka adalah
terganggunya (disruption) integritas normal dari kulit dan jaringan di bawahnya
yang terjadi secara tiba-tiba atau
disengaja, tertutup atau terbuka, bersih atau terkontaminasi, superficial atau
dalam.
B.
Tujuan Melakukan Perawatan Luka
Tujuan
untuk melakukan perawatan luka adalah :
1.
Memberikan lingkungan yang memadai untuk penyembuhan luka.
2.
Absorbsi drainase.
3.
Menekan dan imobilisasi luka.
4.
Mencegah jaringan epitel baru dari cedera mekanis.
5.
Mencegah luka dari kontaminasi.
6.
Meningkatkan hemostasis dengan menekan dressing.
7.
Memberikan rasa nyaman mental dan fisik pada pasien.
C.
Mekanisme Terjadinya Luka
1.
Luka insisi, terjadi karena teriris oleh instrument yang tajam. Misal yang
terjadi akibat pembedahan.
2.
Luka memar, terjadi akibat benturan oleh suatu tekanan dan dikarakteristikkan
oleh cedera pada jaringan lunak, perdarahan dan bengkak.
3.
Luka lecet, terjadi akibat kulit bergesek dengan benda lain yang biasanya
dengan benda yang tidak tajam.
4.
Luka tusuk, terjadi akibat adanya benda, seperti peluru atau pisau yang masuk
kedalam kulit dengan diameter yang kecil.
5.
Luka gores, terjadi akibat benda yang tajam seperti oleh kaca atau oleh kawat.
6.
Luka tembus, terjadi akibat luka yang menembus organ tubuh, biasanya pada
bagian awal luka masuk diameternya kecil tetapi bagian ujung biasanya akan
melebar.
D.
Fase Penyembuhan Luka
Proses penyembuhan
luka memiliki 3 fase yaitu fase inflamasi, proliferasi dan maturasi. Antara
satu fase dengan fase yang lain merupakan suatu kesinambungan yang tidak dapat
dipisahkan.
·
Fase Inflamasi
Tahap ini
muncul segera setelah injuri dan dapat berlanjut sampai 5 hari. Inflamasi
berfungsi untuk mengontrol perdarahan, mencegah invasi bakteri, menghilangkan
debris dari jaringan yang luka dan mempersiapkan proses penyembuhan lanjutan.
·
Fase Proliferasi
Tahap ini
berlangsung dari hari ke 6 sampai dengan 3 minggu. Fibroblast (sel jaringan
penyambung) memiliki peran yang besar dalam fase proliferasi.
PEMBIDAIAN
Bidai atau spalk adalah alat
dari kayu, anyaman kawat atau bahan lain yang kuat tetapi ringan yang digunakan
untuk menahan atau menjaga agar bagian tulang yang patah tidak bergerak
(immobilisasi), memberikan istirahat dan mengurangi rasa sakit. Maksud dari
immobilisasi adalah:
1. Ujung-ujung
dari ruas patah tulang yang tajam tersebut tidak merusak jaringan lemah,
otot-otot, pembuluh darah, maupun syaraf.
2. Tidak
menimbulkan rasa nyeri yang hebat, berarti pula mencegah terjadinya syok karena
rasa nyeri yang hebat.
3. Tidak
membuat luka terbuka pada bagian tulang yang patah sehingga mencegah terjadinya
indfeksi tulang.
Pembidaian
tidak hanya dilakkukan untuk immobilisasi tulang yang patah tetapi juga untuk
sendi yang baru direposisi setelah mengalami dislokasi. Sebuah sendi yang
pernah mengalami dislokasi, ligamen-ligamennya biasanya menjadi kendor sehingga
gampang mengalami dislokasi kembali, untuk itu setelah diperbaiki sebaiknya
untuk sementara waktu dilakukan pembidaian.
Prinsip pembidaian
1. Lakukan
pembidaian di mana anggota badan mengalami cedera (korban jangan dipindahkan
sebelum dibidai). Korban dengan dugaan fraktur lebih aman dipindahkan ke tandu
medis darurat setelah dilakukan tindakan perawatan luka, pembalutan dan
pembidaian.
2. Lakukan juga
pembidaian pada persangkaan patah tulang, jadi tidak perlu harus dipastikan
dulu ada tidaknya patah tulang. Kemungkinan fraktur harus selalu dipikirkan
setiap terjadi kecelakaan akibat benturan yang keras. Apabila ada keraguan,
perlakukan sebagai fraktur.
Tanda dan gejala patah tulang:
· Adanya tanda ruda paksa pada bagian
tubuh yang diduga terjadi patah tulang: pembengkakan, memar, rasa nyeri.
· Nyeri sumbu: apabila diberi tekanan
yang arahnya sejajar dengan tulang yang patah akan memberikan nyeri yang hebat
pada penderita.
· Deformitas: apabila dibandingkan dengan
bagian tulang yang sehat terlihat tidak sama bentuk dan panjangnya.
· Bagian tulang yang patah tidak dapat
berfungsi dengan baik atau sama sekali tidak dapat digunakan lagi.
3. Melewati
minimal dua sendi yang berbatasan.
TUJUAN PEMBIDAIAN
1. Mencegah pergerakan / pergeseran dari ujung tulang yang patah
2. Mengurangi terjadinya cedera baru disekitar bagian tulang yang patah
3. Memberi istirahat pada anggota badan yang patah
4. Mengurangi rasa nyeri
5. Mempercepat penyembuhan
1. Mencegah pergerakan / pergeseran dari ujung tulang yang patah
2. Mengurangi terjadinya cedera baru disekitar bagian tulang yang patah
3. Memberi istirahat pada anggota badan yang patah
4. Mengurangi rasa nyeri
5. Mempercepat penyembuhan
Resiko pembidaian
a. Cedera pembuluh darah, saraf
atau jaringan lain di sekitar fraktur oleh ujung fragmen fraktur, jika
dilakukan upaya meluruskan atau manipulasi lainnya pada bagian tubuh yang
mengalami fraktur saat memasang bidai.
b. Gangguan sirkulasi atau saraf
akibat pembidaian yang terlalu ketat
c. Keterlambatan transport
penderita ke rumah sakit, jika penderita menunggu terlalu lama selama proses
pembidaian.
Resusitasi BBL (Bayi baru Lahir)
A. Pengertian
Resusitasi adalah usaha untuk
membantu bayi agar bisa bernafas secara spontanuntuk mempertahankan
kelangsungan hidup bayi.
B. Tujuan
Memberikan ventilasi yang adekuat,
pemberian oksigen, dan curah jantung yang cukup, untuk menyalurkan oksigen ke
otak, jantung dan alat vital lainnya,
C.
Penilaian
apakah resusitasi perlu dilakukan
1. Apakah
air ketuban bersih dari mekonium
2. Apakah
bayi bernafas atau menangis
3. Apakah
tonus otot baik
4. Apakah
warna kulit kemerahan
5. Apakah
bayi cukup bulan
Jika
salah dari 5 pertayaan tersebut jawabannya tidak maka perlu dilakukan
resusitasi.
D. Langkah Awal Resusitasi
1. Selimuti bayi dengan kain kering dan
hangat kecuali kepala, muka, dan dada sebelah atas.
2. Letakkan punggung bayi pada alas
yang bersih dan hangat.
3. Posisikan bayi dengan sedikit
tengadah untuk membuka jalan nafas.
4. Beritahu kepada ibu dan keluarga
yang menungguinya tentang apa yang akan dilakukan, dengar keluhan dan dengar
respon dengan penuh perhatian setiap pertayaan dan kekawatiran.
5. Beri dukungan emosional dan kuatkan
keyakinan dengan selayaknya
6. Bersihkan jalan nafas dengan
menghisap mulut dulu baru hidung:
a. Masukkan kateter sepanjang 5cm ke
dalam mulut bayi dan hisap saat menarik kateter keluar
b. Masukkan kateter sepanjang 3cm
kedalam setiap lubang hidung dan hisap saat menarik kateter keluar.
c. Jangan menghisap kateter terlalu
dalam ditenggorokan karena akan mengakibatkan denyut jantung bayi menurun atau
bahkan nafas bayi berhenti
d. Bila terdapat darah atau mekonium
didalam mulut atau hidung bayi lakukan secara khusus
7. Keringkan Bayi sambil member
rangsangan taktil
8. Ganti baju bayi dengan kain yang
bersih dan kering
9. Amati bayi apakah bayi sudah
menangis, apabila bayi masih tidak bernafas lakukan ventilasi.
Kompres dan pemberian obat
Pengertian
Kompres adalah metode pemeliharaan
suhu tubuh dengan menggunakan cairan atau alat yang dapat menimbulkan hangat
atau dingin pada bagian tubuh yang memerlukan.
Jenis kompres :
- kompres panas
- kompres dingin
Tujuan pemberian kompres
a. kompres panas
v
memperlancar sirkulasi darah
v mengurangi
rasa sakit
v memberi
rasa hangat, nyaman, dan tenang pada klien
v merangsang
peristatik usus
b. Kompres dingin
v menurunkan
suhu tubuh
v mencegah
peradangan meluas
v mengurangi
kongesti
v mengurangi
perdarahan setempat
v mengurangi
rasa sakit pada daerah setempat
pemberian
obat
Pengertian
Obat merupakan sebuah substansi yang diberikan kepada
manusia atau binatang sebagai perawatan, pengobatan, atau bahkn pencegahan
terhadap berbagai gangguan yang terjadi di dalam tubuh. Dalam pelaksanaannya
,tenaga medis memiliki tanggung jawab dalam keamanan obat dan pemberian secara
lsngsung ke pasien.hal ini semata-mata untuk memenuhi kebutuhan pasien
Tujuan pemberian obat
adalah memberikan obat sesuai dengan
dosis dan cara pemakaian yang benar agar obat bisa memberikan efek penyembuhan
terhadap suatu penyakit atau pun keluhan yang di rasakan oleh seseorang.
Resiko
– resiko khusus yang dapat terjadi pada saat atau setelah melakukan tindakan :
a) Pemberian Obat Melalui Oral
Iritasi pada saluran cerna
Pasien dapat tersendak
b) Pemberian Obat Melalui Parenteral
Dapat menimbulkan rasa nyeri
c) Pemberian Obat Melalui Intravena
Jika penderitanya alergi terhadap
obat, reaksi alergi akan lebih terjadi
Pasien akan merasa kesakitan jika
pemberian obat tidak dilakukan secara perlahan
d) Pemberian Obat Melalui Intramuskular
Salah area yang akan disuntik
Pasien merasa kesakitan jika tidak
dilakukan dengan hati – hati
e) Pemberian Obat Melalui Subkutan
Pasien merasa kesakitan jika tidak
dilakukan dngan hati – hati
Obat tidak masuk ke dalam subkutan
f)
Pemberian Obat melalui Intrathecal
Salah area yang akan
disuntik/dimasukkan obaat
g) Pemberian Obat Melalui Inhalasi
Mengiritasi paru – paru jika
dosisnya tidak tepat
kateterisasi
Kateter adalah
sebuah tabung yang dimasukkan tubuh untuk mengeluarkan
atau memasukkan cairan ke dalam rongga tubuh. Paling umum, kateter dimasukkan
melalui uretra ke kandung kemih
untuk mengalirkan urin. Ini digunakan sebagai
alternatif buang air kecil
untuk orang yang terbatasi di tempat tidur atau tidak mampu mengontrol buang
air kecil. Bila tidak hati-hati, penggunaan jangka panjang kateter dapat
menyebabkan infeksi saluran kemih.
Kateter dapat memakai bahan karet, kaca, logam, atau plastik yang elastis.
Tujuan
pemasangan kateter urine
Memulihkan /
mengatasi retensi urine akut / kronis.
Pengaliran
urine untuk persiapan operasi atau pasca operasi.
Menentukan
jumlah urine sisa setelah miksi.
Mengambil
spesimen urine steril untuk pemeriksaan diagnostik.
Monitoring
urine output secara ketat.
KOMPLIKASI PEMASANGAN KATETER
1. Bila pemasangan dilakukan tidak hati-hati bisa
menyebabkan luka dan perdarahan uretra
yang berakhir dengan striktur uretra seumur hidup
2. Balon yang dikembangkan sebelum memasuki buli-buli
juga dapat menimbulkan luka
pada uretra. Karenanya, balon dikembangkan bila yakin
balon akan mengembnag dalam
buli-buli dengan mendorong kateter sampai ke pangkalnya
3. Infeksi uretra dan buli-buli
4. Nekrosis uretra bila ukuran kateter terlalu besar atau
fiksasi yang keliru
5. Merupakan inti pembentukan batu buli-buli
6. Pada penderita tidak sadar, kateter dengan balon
terkembang bisa dicabut yang berkibat
perdarahan dan melukai uretra
7. Kateter tidak bisa dicabut karena saluran pengembang
balon tersumbat
PENANGANAN SHOCK
A. Definisi Shock
Shock
adalah keadaan dimana terjadi kegagalan sirkulasi darah perifer/tepi yang
menyeluruh, sehingga aliran darah ke jaringan perifer tidak memadai untuk
menunjang hidup
B. Prosedur
Persiapan
Alat :
Persiapan
Alat :
1. Tensimete
2. Disposable spuit
3. Kanula vena
4. Infusion set
5. Tabung oksigen beserta regulator dan
flowmeter
6. Nasala prong atau masker beserta
slang
7. Ambu bag
C. Macam-Macam Shock
1. Shock hipovolemik
2. Shock kardiogenik
3. Shock vasomotor
4. Shock kombinasi dari ketiganya
D. Sebab-Sebab Shock
1. Shock hipovolemik
a.
Perdarahan external yang exesive
(banyak)
b. Kehilangan cairan tubuh yang banyak
c.
Pengeluaran cairan yang banyak melalui
ginjal
d. Kekurangan pemasukan cairan
2. Shock Kardiogenik (volume
darah cukup)
a. Kegagalan ventrikuler
b. Gangguan irama jantung
c. Infark miokard
d. Pneumothorak, embolus paru
e. Tamponade jantung
3. Vasodilatasi shock
a. Sepsis (sepsis shock)
b. Intoksikasi obat (anafilaktik shock)
c. Trauma serebral (neurogenik
shock)
E. Gejala-Gejala Umum Shock
1. Penurunan kesadaran/gelisah
2. Hipotensi, tekanan sistolik < 90
mmhg
3. Hipotensi perifer, kulit teraba
dingin, lembab, nadi kecil dan cepat
4. Perbedaan tekanan darah pada posisi
terlentang dengan posisi duduk/berdiri lebih dari 10 mmhg
5. Perbedaan frekuensi nadi pada posisi
terlentang dengan posisi duduk >15 x/menit
F. Tingkatan Shock
1. Ringan (kehilangan volume darah
<20%)
Tanda klinis: rasa dingin, hipotensi
postural, takikardi, kulit lembab, urine pekat, diuresis kurang, kesadaran masih normal
2. Sedang (kehilangan cairan 20%-40%
dari volume darah total)
Tanda klinis: penurunan kesadaran,
delirium/agitasi, hipotensi, takikardi, nafas cepat dan
dalam, oliguri, asidosis metabolik.
RESUSITASI
JANTUG PARU (RJP)
A. Definisi
Resusitasi jantung paru merupakan usaha yang dilakukan untuk mengembalikan fungsi pernafasan dan atau sirkulasi pada henti nafas (respiratory arrest) dan atau henti jantung (cardiac arrest) pada orang dimana fungsi tersebut gagal total oleh suatu sebab yang memungkinkan untuk hidup normal selanjutnya bila kedua fungsi tersebut bekerja kembali.
Resusitasi jantung paru merupakan usaha yang dilakukan untuk mengembalikan fungsi pernafasan dan atau sirkulasi pada henti nafas (respiratory arrest) dan atau henti jantung (cardiac arrest) pada orang dimana fungsi tersebut gagal total oleh suatu sebab yang memungkinkan untuk hidup normal selanjutnya bila kedua fungsi tersebut bekerja kembali.
B. Pengajaran resusitasi jantung paru
(RJP) dibagi dalam 3 fase, yaitu :
1. Bantuan Hidup Dasar (BDH).
2. Bantuan Hidup Lanjut (BHL).
3. Bantuan Hidup Jangka Lama.
Tujuan
dari tindakan Resusitasi Jantung Paru adalah untuk
Mengembalikan fungsi
pernafasan dan atau sirkulasi pada henti nafas (respiratory arrest) dan atau
henti jantung (cardiac arrest) pada orang dimana fungsi tersebut gagal total
oleh suatu sebab yang memungkinkan untuk hidup normal selanjutnya bila kedua
fungsi tersebut bekerja kembali
Mencegah berhentinya sirkulasi atau berhentinya respirasi (nafas)
Memberikan bantuan eksternal terhadap sirkukasi (fungsi jantung) dan
ventilasi (fungsi pernafasan/paru) pada pasien/korban yang mengalami henti
jantung atau henti nafas melalui Cardio Pulmonary Resuciation (CPR)
atau Resusitasi Jantung Paru (RJP).
Resiko-resiko atau bahaya Resusitasi
jantung paru.
Penekanan pada dada dapat
menyebabkan rasa sakit yang sangat, perlukaan pada dada, rusaknya tulang iga,
collaps atau kolapsnya paru. Pada pasien yang terpasang selang bantuan
pernafasan biasanya dibutuhkan obat-obatan untuk menjaga dan memelihara
kenyamanan dari gangguan selang tersebut.
BAB III
PENUTUP
- Kesimpulan
Kesimpulannya bahwa Tantangan
profesi keperawatan adalah suatu profesi yang sudah mendapatkan pengakuan
dari profesi lain, dituntut untuk mengembangkan dirinya untuk berpartisipasi
aktif dalam sistem pelayanan kesehatan agar keberadaannya mendapat pengakuan
dari masyarakat. Hak-hak pasien dan perawat pada prinsipnya tidak terlepas pula
dengan hak-hak manusia atau lebih dasar lagi hak asasi manusia. Hak asasi
manusia tidak tanpa batas dan merupakan kewajiban setiap negara/pemerintah
untuk menentukan batas-batas kemerdekaan yang dapat dilaksanakan dan dilindungi
dengan mengutamakan kepentingan umum.
- Saran
Sarannya adalah untuk
mewujudkan pengakuan tersebut, maka perawat masih harus memperjuangkan
langkah-langkah profesionalisme sesuai dengan keadaan dan lingkungan sosial.